Loading...
ANALISIS
Penulis: Stanley R. Rambitan 16:54 WIB | Rabu, 26 November 2014

Oh Yerusalem, Malangnya Nasibmu!

Yerusalem. (Foto: Bayu Probo)

SATUHARAPAN.COM – Kondisi kota Yerusalem belakangan ini begitu menegangkan. Ini terutama disebabkan oleh serangan dua orang Palestina terhadap umat Yahudi yang sedang beribadah di Sinagoge yang mengakibatkan empat orang tewas. Serangan itu diduga karena kematian seorang sopir Palestina yang ditemukan di busnya dan dituduh dibunuh oleh penganut Yahudi garis keras. Akibat serangan itu pemerintah Israel mengeluarkan kebijakan menghancurkan dua rumah pelaku penyerangan itu.

Sebelumnya, konflik sudah memanas karena pembatasan yang dilakukan Israel terhadap kaum Muslim Palestina yang akan beribadah di Masjid Al-Aqsa. Kebijakan Israel itu adalah akibat dari ditembaknya seorang pengikut agama Yahudi garis keras yang akan melakukan ibadah di kompleks Masjid atau Haram Al-Sharif menurut Islam dan kompleks Bait Allah atau Temple Mount atau Har Habayit menurut umat Yahudi. Diduga penembaknya adalah seorang Palestina. Sebelumnya lagi, konflik di Gaza di mana kelompok Hamas dan Israel saling menyerang. Terakhir, Israel menembak mati seorang Palestina di perbatasan Israel dengan Gaza. Ribuan korban jatuh terutama di pihak penduduk Gaza.

Banyak hal lain yang menjadi penyebab peningkatan ketegangan di kota Yerusalem atau lebih luas lagi di daerah pendudukan Israel dan Palestina. Israel sering menggunakan tindakan represif dan kekerasan dan sebaliknya pihak Palestina juga melakukan yang sama. Ini semua telah mengakibatkan banyak korban, baik material, moril dan nyawa. Sumber utama konflik antara Israel dan Palestina adalah perebutan kekuasaan terhadap tanah Palestina. Israel menduduki dan menguasai tanah milik rakyat Palestina.

Sampai saat ini Israel tetap memutuskan memperluas daerah  pemukiman Yahudi di wilayah timur Yerusalem yang didiami banyak penduduk Palestina. Untuk itu banyak rumah rakyat Palestina yang dihancurkan untuk pembangunan pemukiman Yahudi itu. Sementara, rakyat Palestina ingin merdeka dengan pertama-tama mengusir Israel dari tanah Palestina dan menjadikan Yerusalem sebagai ibu kotanya. Dikhawatirkan, bentuk perjuangan atau perlawanan rakyat Palestina menjadi intifada, dengan cara kekerasan antara lain dengan bom bunuh diri.

Yerusalem, Kota Suci?

Yerusalem diakui oleh dua pihak sebagai pusat keagamaan bahkan sebagai kota suci. Dalam Islam Yerusalem disebut Bait Al-Muqadis. Kompleks pusat ibadah dengan Masjid Al-Aqsa-nya yang diakui sebagai tempat nabi Muhammad memulai perjalanan ke sampai Langit yang ke tujuh dan peristiwa mi’raj-nya disebut  Haram Al-Syarif. Sedangkan, bagi kaum Yahudi, pusat keagamaannya adalah Bait Allah dengan Dinding Ratapan dan kompleksnya disebut Har Habayit atau Temple Mount.  Banyak orang Kristen pun mengakui Yerusalem sebagai kota suci. Ada kompleks peribadatan umat Kristen di dekat Haram Al-Syarif dan Har Habayit. Jadi Yerusalem diakui sebagai kota suci oleh tiga agama atau disebut agama-agama keturunan Abraham (Abrahamic Religions) atau agama-agama samawi (berasal dari langit atau surga).    

Banyak orang dari tiga agama itu pergi berziarah atau beribadah ke pusat-pusat agama itu. Ada pemahaman bahwa berziarah atau beribadah ke tempat-tempat itu mendapatkan berkat tersendiri. Ada fanatisme terhadap pusat-pusat ibadah itu di kalangan penganut Yahudi, Islam dan Kristen. Hal ini berpengaruh pada pandangan dan usaha memperebutkan hak “kepemilikan teologis” dari tempat itu dan Yerusalem secara umum. Perebutan kepemilikan itu ada dalam persepsi kelompok-kelompok fanatik dalam tiga agama itu.

Di kalangan Yahudi saat ini berkembang pesat kelompok garis keras, terutama di kalangan muda. Para pengikutnya menuntut hak untuk beribadah di kompleks Bait Allah termasuk di Haram Al-Sharif.  Sementara, kalangan Palestina Islam, sangat tidak menerima keinginan kalangan Yahudi itu. Ini misalnya yang menyebabkan tertembaknya seorang penganut garis keras Yahudi yang hendak beribadah di situ. Di sini ada ketegangan akibat fanatisme agama juga dan tidak jarang itu meningkatkan ketegangan di Yerusalem.

Jika konflik Palestina-Israel khususnya di Yerusalem sedemikian buruk dan tampak tidak ada jalan  penyelesaian, sementara penderitaan dan korban nyawa terus menerus terjadi baik dari pihak Palestina maupun Israel, di mana kita dapat meletakkan landasan untuk menyebut Yerusalem sebagai kota yang kudus? Jika Yerusalem dipercayai sebagai kota suci, mengapa diperebutkan dengan cara yang tidak agamis, dengan kekerasan dan perang?

Konflik atau perang sesungguhnya adalah kejahatan dan bertentangan dengan kehendak Tuhan. Jika begitu, pengakuan banyak kalangan tentang Yerusalem sebagai Kota Suci perlu diubah sesuai dengan fakta bahwa Yerusalem telah menjadi kota penderitaan yang berlumuran darah, kota kejahatan dan jahiliah di mana terdapat tangisan dan kertakan gigi.

Antara Ratapan, Pengharapan  dan Mukjizat

Konflik tampak tidak akan selesai. Pusat konflik terutama terletak pada Yerusalem, “Kota Suci” yang terus diperebutkan dengan cara yang “tidak suci”. Perebutan hak kepemilikan terhadap Yerusalem tidak hanya berdasar political interest atau kepentingan politik semata yaitu soal pendudukan dan penguasaan daerah. Tetapi dalam konflik Palestina-Israel di Yerusalem, perebutan itu juga sudah berlandaskan kepentingan agama.

Kalangan Yahudi mengakui pusat ibadah di Yerusalem di mana terdapat Dinding Ratapan-Bait Allah itu sebagai tempat ibadahnya. Di pihak lain, Muslim Palestina dan juga dunia mengakui tempat itu sebagai pusat ibadah Islam. Apalagi Masjid Al-Aqsa adalah tempat Nabi Muhammad bertolak memulai perjalanan atau mikraj ke surga. Pihak Kristen tampak tidak begitu terlibat secara frontal dalam konflik di Yerusalem. Namun imbas psikologis dan sosial-politis dialami umat Kristen juga. 

Kondisi Yerusalem seperti itu perlu diratapi. Kota bersejarah dan dianggap suci oleh “agama-agama Allah”, menjadi tempat berziarah dan beribadah tetapi keadaannya buruk. Tentu itu tidak sesuai dengan keinginan Allah yang disembah di tempat itu. Allah tentu menghendaki ada shalom damai sejahtera. Yang perlu masyarakat dunia khususnya umat beragama lakukan adalah mendoakan Yerusalem, semoga Allah menunjukkan kuasa dan mukjizat-Nya, menjadikan Yerusalem sebagai kota suci dan mulia , bukan sebagai kota yang bernasib malang.    

Stanley R. Rambitan/Teolog-Pemerhati Agama dan Masyarakat


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home