Loading...
RELIGI
Penulis: Saut Martua Amperamen 22:38 WIB | Jumat, 26 Mei 2017

Pastor Jesuit Lulus Cum Laude di UIN Syarif Hidayatullah

Romo Gregorius Soetomo SJ (kanan) bersama pendiri CSIS, Harry Tjan Silalahi, seusai promosi doktor di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu, 24/5. (Foto:HIDUP/R.B.E. Agung Nugroho)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Seorang pastor Jesuit berhasil mempertahankan disertasi doktor dan lulus dengan predikat cum laude di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Ia meraih Indeks Prestasi Kumulatif 3,75.

Gregorius Soetomo,lelaki kelahiran Purwokerto, 27 Oktober 1964, yang pada 5 Juli 1984 mmilih bergabung dengan Ordo Serikat Jesuit (SJ) mempertahankan disertasi dengan judul “Bahasa, Kekuasaan, dan Sejarah. Historiografi Islam Marshall G.S. Hudgson dalam Perspektif Kajian Poststrukturalisme Michel Foucault,”  di hadapan enam guru besar, pada hari Rabu (26/05).

Ia merupakan lulusan kedua program doktor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang mampu menyelesaikan studi dalam waktu dua tahun dan merupakan pastor Katolik pertama yang berhasil mendapat gelar doktor di universitas itu.

Dilansir dari hidupkatolik.com, studi Greg tentang Islam sudah dimulai ketika pada tahun 2013 ia memutuskan mengikuti program Pascasarjana UIN Jakarta. Meski dirasakan cukup berat tantangannya, termasuk belajar Bahasa Arab dari hal-hal mendasar, ia berhasil lulus tepat waktu. Ia bahkan mendapat predikat cum laude dengan tesis berjudul “Merevitalisasi Pemikiran Sosial Islam Hassan Hanafi”. Tak hanya selesai dalam waktu dua tahun, ia juga lulus dengan predikat cum laude.

Menerima tahbisan  Jesuit pada 14 Juli 1999, sebagian besar jejak kepastoran Greg diayunkan di dunia akademis dan intelektual. Lulus dari Fakultas Pertamian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1988, ia menjalani masa formasi pertama sebagai Jesuit di Novisiat Santo Stanislaus Girisonta, Ungaran, Semarang, Jawa Tengah.

Setelah dua tahun menjalani formasi novisiat, Greg melanjutkan studi filsafat di STF Driyarkara Jakarta. Dari sana ia berhasil memperoleh gelar Sarjana Filsafat pada 1994.

Sebelum melanjutkan studi teologi, ia sempat berusaha dikembalikan ke ‘habitat’ awalnya sebagai seorang Insinyur Pertanian dengan menjalani Tahun Orientasi Kerasulan (TOK) di Kursus Pertanian Taman Tani (KPTT) Salatiga, Jawa Tengah. Setelahnya, Greg melanjutkan studi teologi di Ateneo de Manila University, Manila, Filipina (1996-2000).

Pernah menjadi dosen muda di STF Driyarkara, saat ini Greg menjadi salah satu anggota “dosen rekanan” (team teaching) yang mengampu matakuliah Cultural Studies di Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta. ia sudah melakoni tugas ini sejak 2011.

Selain mengajar, aktivitasnya di dunia tulis-menulis juga sudah cukup panjang. Sejak tahun 1995 hingga kini, ia sudah menghasilkan setidaknya sepuluh judul buku, yang temanya bervariasi, mulai dari filsafat-teologi, manajemen Gereja, spiritualitas, sejarah Gereja, dan studi Islam. Ini dapat dimengerti karena selama kurang lebih 12 tahun (2002-2014), Greg menjadi Pemimpin Redaksi Majalah HIDUP sekaligus delegatus (utusan Uskup Agung Jakarta) Mingguan Katolik HIDUP, karena mingguan Katolik nasional ini merupakan milik Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Selama menjalani tugas perutusan di Majalah HIDUP, ia juga diserahi tanggung jawab untuk mendampingi para calon imam, baik para frater Praja KAJ maupun para frater Jesuit selama belasan tahun.

Dalam artikel yang ditulis oleh R.B.E Agung Nugrogo di hidupkatolik.com, diceritakan bahwa aktivitas Greg di ranah lintas iman juga sudah cukup panjang. Ia membuka jejaring dengan beberapa lembaga riset Islam, seperti Wahid Institut Jakarta, Nurcholish Madjid Society Jakarta, Maarif Institute Jakarta, dan Abdurrahman Wahid Centre Universitas Indonesia. Selain itu, bersama dengan saudara satu serikat yang sudah lebih dulu mendalami Islam, Romo Yoannes Berchmans Heru Prakosa SJ, ia aktif mengadakan live in atau homestay di banyak pondok pesantren.

Kegiatan ini juga menjadi sarana formasi bagi para frater Jesuit yang ia dampingi. Biasanya mereka melakukan live in selama satu hingga dua minggu, tinggal bersama para santri di pondok pesantren. Beberapa pondok pesantren itu antara lain Edi Mancoro Salatiga, Jawa Tengah (2009); Tebuireng Jombang, Jawa Timur sebanyak tiga kali (2010, 2011, 2012); Pondok Pesantren Ciganjur, Jawa Barat (2013); Ath-thaariq Garut, Jawa Barat (2016).

Pengalaman-pengalaman ini telah membawanya terlibat dalam beberapa pertemuan internasional dalam kajian dialog antaragama. Misalnya, pertemuan di Amman, Yordania (2008); Wina, Austria (2010); New Delhi, India (2014); Dakar, Senegal (2015); Kuala Lumpur, Malaysia (2016). Keaktifannya mencari dan membuka jejaring ini membuat Romo Greg sejak 2010, dipercaya sebagai Project Officer untuk Asia Pasific Theological Encounter Programme.

Dalam sidang promosi doktornya, Greg diuji oleh enam guru besar dalam bidang Sejarah Islam, Filsafat Sejarah dan Sejarah Politik Islam. Mereka adalah Prof.Dr. Masykuri Abdillah, Prof. Dr. Sukron Kamil MA, Prof.Dr. Didin Saepundin MA, Prof.Dr. M. Sastrapratedja Sj, Prof.Dr. Azyumardi Azra MA dan Prof Dr. Iik Arifin Mansurnoor MA. Dua nama terakhir merupakan pembimbingnya.

Prof Azyumardi Azra menilai kehadiran Greg di UIN menjadi salah satu cara perjumpaan dua tradisi religius untuk membangun serikat persaudaraan lebih erat.

Saat mempertahankan disertasi doktornya di Auditorium UIN Jakarta Rabu lalu,  tampak eberapa kolega Jesuit hadir memberikan dukungan. Demikian pula beberapa Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA). Salah seorang pendiri CSIS, Harry Tjan Silalahi, juga tampak mengikuti jalannya promosi doktor Greg hingga usai.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home