Loading...
DUNIA
Penulis: Martha Lusiana 18:26 WIB | Jumat, 10 Juli 2015

Paus: Katakan “Tidak” untuk Diskriminasi Ekonomi

Paus Francis menerima topi khas dari Presiden Bolivia Evo Morales di Santa Cruz, Bolivia, Kamis (9/7). Kata "Tahuichi" berasal dari Tupi-Guarani, yang artinya "Big Bird" (burung besar). (Foto: Reuters/ALESSANDRO BIANCHI)

SANTA CRUZ, SATUHARAPAN.COM – Paus Fransiskus, pada hari Kamis (9/7) menyerukan keadilan sosial, kesetaraan, dan penjagaan lingkungan, saat melakukan kunjungan ke salah satu negara miskin di Amerika Latin, Bolivia. 

Paus, yang berada di Kota Santa Cruz, Bolivia sempat bertemu dengan kelompok World Meeting of Popular Movements, perkumpulan orang-orang pinggiran masyarakat, termasuk pengangguran, orang miskin, kaum dan tidak memiliki tanah garapan.

Tepat setelah berpose dengan menggunakan topi sombrero, yang dipersembahkan oleh Presiden Bolivia, Evo Morales, dengan wajah serius, Paus Fransiskus mengatakan dalam bahasa Spanyol, "Apakah kita menyadari bahwa ada sesuatu yang salah di dunia ini, di mana ada begitu banyak petani tetapi tidak memiliki tanah garapan, ada begitu banyak keluarga yang tidak memiliki rumah, begitu banyak buruh yang tak dapat menikmati haknya, dan ada begitu banyak orang yang bermartabat namun tidak dihormati?"

Sejak pemilihannya, Paus Fransiskus gencar membela kaum miskin dan terpinggirkan, kritikus mengenai persoalan-persoalan sosial kapitalisme, dan sangat vokal mengenai perlindungan lingkungan. Pertemuan di Santa Cruz tersebut memberinya kesempatan untuk membicarakan semua masalah tersebut selama dua jam yang penuh semangat.

"Apakah kita menyadari bahwa sistem dengan mentalitas keuntungan tidak peduli terhadap diskriminasi sosial dan kerusakan alam?" Paus Francis bertanya di hadapan khalayak yang berwarna-warni, termasuk peserta mengenakan pakaian tradisional khas pegunungan Andes.

"Kita ingin mengubah cara hidup kita, lingkungan kita, dan kenyataannya kita sehari-hari. Kita ingin perubahan yang dapat mempengaruhi seluruh dunia, karena kita tergantung pada jwaban global untuk masalah-masalah lokal," ujar Paus menyampaikan aspirasinya.

"Harapan global, harapan yang telah mengakar di antara orang miskin, harus menggantikan diskriminasi dan ketidakpedulian!" lanjut Bapa Suci.

Paus, yang pada bulan Juni menerbitkan sebuah surat edaran kepada para uskup terkait lingkungan. Ia menjunjung teori bahwa perubahan iklim terutama disebabkan oleh aktivitas manusia, dan menyerukan kepada kelompok penguasa dan umat Katolik di seluruh dunia untuk bertindak cepat melindungi alam.

Paus, yang pidatonya harus terputus beberapa kali oleh sorak-sorai keras dari penonton, pada akhir pidatonya menyimpulkan, "Mari kita katakan TIDAK untuk diskriminasi ekonomi dan ketidaksetaraan, di mana yang berlaku adalah aturan uang, bukan pelayanan. Ekonomi membunuh. Ekonomi menghancurkan Bumi," ujar Paus.

Paus juga meminta maaf atas nama Gereja Katolik untuk pelanggaran yang dilakukan oleh penjajah.

"Seperti Paus Yohanes Paulus II, saya dengan rendah hati meminta maaf, tidak hanya untuk pelanggaran Gereja pada saat penjajahan, tetapi juga untuk kejahatan terhadap penduduk lokal, selama masa yang disebut penaklukan Amerika Latin"

Paus Yohanes Paulus II, pada 1992, juga telah meminta maaf atas peran gereja di balik eksploitasi penduduk asli Amerika.

Di akhir pidatonya, Paus menerima sambutan meriah dari masyarakat Bolivia, menjadi suatu pertanda bahwa aspirasinya benar-benar mewakili para pekerja setempat. 

Editor : Bayu Probo

Ikuti berita kami di Facebook


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home