Loading...
INDONESIA
Penulis: Febriana Dyah Hardiyanti 16:28 WIB | Senin, 25 Juli 2016

PBNU Minta Pemerintah Tekankan Pemerataan

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj (kedua kiri) bersalaman dengan Ketua KPK Agus Agus Rahardjo seusai penandatanganan MoU saat pembukaan Rapat Pleno PBNU di Pondok Pesantren Kempek, Cirebon, Jawa Barat, hari Minggu (24/7). Rapat Pleno bertema Menguatkan Islam Nusantara Menuju Kemandirian Ekonomi Warga tersebut berlangsung hingga 25 Juli 2016. (Foto: Antara)

CIREBON, SATUHARAPAN.COM - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj, meminta pemerintah tidak hanya fokus mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menekankan pada aspek pemerataan.

“Aspek pemerataan harus menjadi perhatian karena berdasarkan data Bappenas rasio gini atau ketimpangan ekonomi antar penduduk Indonesia per akhir 2015 masih cukup tinggi dan mencapai angka 0,413,” kata Said dalam Pembukaan Rapat Pleno PBNU di Pondok Pesantren KHAS Kempek, Cirebon, Jawa Barat, seperti dilansir dari Antara, hari Minggu (24/7).

Bagi PBNU, ekonomi kerakyatan harus ditingkatkan. Jangan sampai kekayaan modal negeri ini hanya dikuasi oleh para konglomerat.

Selain itu, ekonomi kerakyatan menjadi fundamental perekonomian nasional. Krisis 1998, dikatakan oleh Said, membuktikan bahwa ekonomi kerakyatan tampil sebagai penyelamat negara dari kebangkrutan, bukan para konglomerat atau pemilik modal besar.

"Maka dari itu NU akan selalu berusaha untuk membangun kekuatan rakyat dari sisi agama, akhlak, dan termasuk perekonomian," ujar Said.

Persoalan ekonomi, terutama ekonomi kerakyatan, menjadi bahasan utama rapat pleno.

"Rekomendasi rapat pleno akan menjadi masukan pemerintah yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama di pedesaan," kata Ketua Panitia Rapat Pleno KH, Eman Suryaman.

Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, saat membuka Rapat Pleno PBNU juga mengajak jajaran warga Nahdlatul Ulama (NU) untuk membantu program pemerintah dalam mengentaskan warga dari kemiskinan

Dikatakan olehnya, saat ini jumlah angka kemiskinan di pedesaan terbanyak ada di Jawa Timur dan yang kedua ada di Jawa Tengah yang notabene merupakan basis NU.

"Bisa jadi warga yang miskin itu adalah warga NU juga," ujar Khofifah yang juga Ketua Umum Muslimat NU.

Khofifah mengatakan saat ini banyak dana sosial yang menjadi bagian dari program pengentasan kemiskinan, terutama untuk masyarakat di pedesaan, antara lain dana desa, dana bantuan sosial (bansos), dan dana program keluarga harapan (PKH).

Pemerintah ke depan juga akan mengucurkan bantuan berupa dana-dana nontunai yang disalurkan melalui warung-warung elektronik (e-warung). Dana nontunai tersebut bisa dibelanjakan untuk kebutuhan pokok.

E-warung nantinya akan dikembangkan di desa-desa seluruh Indonesia. Saat ini sudah dibuka di Malang dan Sidoarjo, Jawa Timur. Tahun depan e-warung akan dibuka di 44 kota seluruh Indonesia.

"Makanya kami minta pondok pesantren juga bisa terlibat dalam membangun e-warung ini. Langkah itu akan sangat efektif," kata dia.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home