Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 07:34 WIB | Senin, 27 Oktober 2014

Pdt Patty Soroti Peran Gereja Bentuk Spiritualitas Kaum Muda

Albertus Patty (kiri) dan Richard Daulay (kanan) saat menjadi pemateri acara dialog bertajuk “Tantangan Oikumene pada masa Mendatang” yang berlangsung Sabtu (25/10) malam di Hotel Grand Cempaka, Jalan Letjen Suprapto, Jakarta Pusat. (Foto: Prasasta)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Gereja pada masa mendatang menghadapi tantangan harus membentuk spiritualitas kaum muda.

Hal ini dikemukakan Pdt Albertus Patty dari Gereja Kristen Indonesia (GKI) Maulana Yusuf, Bandung pada acara dialog bertajuk “Tantangan Oikoumene pada masa Mendatang” yang berlangsung Sabtu (25/10) malam di Hotel Grand Cempaka, Jalan Letjen Suprapto, Jakarta Pusat.

“Kaum muda harus memiliki jiwa kepelayanan, dalam hal ini apa pun organisasi berbasis Kristen saat ini, PGI, GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), atau GAMKI (Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia),” kata Albertus.

Albertus menjelaskan lebih lanjut tentang jiwa kepelayanan dengan contoh, yakni jiwa kepelayanan seseorang yang terlibat dalam organisasi atau yayasan berbasis Kristen.

Apabila seseorang menduduki posisi ketua atau sekretaris umum, Albertus menyebut posisi itu adalah sesuatu yang spiritual sehingga itu bukan merupakan sebuah jabatan yang dapat menjadikan seseorang menjadi pejabat partai politik, atau jabatan di tingkat legislatif maupun ekskekutif yang saat ini cenderung berorientasi kekuasaan, akan tetapi jabatan tersebut merupakan jabatan gerejawi yang berarti harus ada spirit melayani.

Pembentukan spiritualitas kaum muda hanya salah satu langkah dalam tantangan dalam gereja atau oikoumene pada masa mendatang, Albertus mengatakan bahwa saat ini kaum muda diajak berpikir kritis sekaligus bertindak inklusif terhadap perubahan sosial yang ada di lingkungan sosial, terutama di tengah-tengah kemajemukan dan keragaman sosial di Indonesia. 

“Kaderisasi organisasi penting dalam lingkup organisasi, apalagi gereja. Saya memberi contoh saya sendiri terlibat seringkali dalam diskusi-diskusi kelompok lintas agama yang membahas masalah non teologis seperti lingkungan justru dari teman-teman JIL (Jaringan Islam Liberal), Wahid Institute, dan Abdurrahman Wahid Center,” kata Albertus.

Albertus menasihati pemuda Kristen jangan mau kalah dengan teman-teman dari organisasi Islam menggelar berbagai diskusi ilmiah yang membahas masalah penting di luar keagamaan.

“Ini yang saat ini mesti diolah dalam kaderisasi, kita harus menguasai keadaan para pemuda kita untuk benar-benar menjadi orang yang mau belajar atau menggali ilmu setinggi-tingginya,” Albertus melanjutkan.

Dialog ini merupakan bagian dari Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III GAMKI (Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia) yang diselenggarakan pada Sabtu (25/10).

“Kita (umat Kristen) terlibat dalam tantangan oikoumene adalah kita harus mampu menciptakan ketaatan penuh kepada Kristus, karena keterlibatan kita dalam berkontribusi bagi bangsa ini kita harus senantiasa mendekatkan diri kepada bangsa ini,” kata Albertus.

Para pemateri yang menjadi pembicara antara lain Pdt. Richard Daulay dari Gereja Methodist Indonesia, Pdt. Albertus Patty dari Gereja Kristen Indonesia (GKI) Maulana Yusuf, Bandung,  dan Pdt. Sylviana Apituley. Bertindak selaku moderator adalah Febri Tetelepta.  

Febri mengemukakan bahwa dalam dialog ini tidak untuk sarana kampanye Albertus Patty dan Richard Daulay yang notabene menjadi calon Ketua Umum PGI yang akan “berkompetisi” pada Sidang Raya XVI PGI mendatang, akan tetapi memberi pencerahan kepada para kader muda GAMKI tentang definisi dan tantangan gereja pada masa mendatang.

“Karena dalam diskusi apa pun juga kita berandai-andai tentang peran Keesaan Gereja tetapi kita tanpa memegang peran Yesus Kristus maka seluruh pengharapan kita akan hilang,” Albertus melanjutkan.

 “Tanpa Yesus Kristus yang menyertai kita dalam langkah kita dalam dunia politik, misalnya maka kita tidak akan menciptakan politik yang suci dan bersih tetapi kita akan terjebak pada permainan dunia politik saat ini,” Albertus melanjutkan.

Albertus tidak ketinggalan memberi saran, universitas kristen harus memiliki banyak program studi jurnalistik agar mampu mewartakan berbagai kabar baik tidak hanya seputar Kristen tetapi seluruh dinamika antar kepercayaaan dan penganut antar agama yang ada di Indonesia harus diberitakan.

“Untuk membentuk hal itu kita musti membuat jaringan yang kuat,” Albertus mengakhiri pemaparannya.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home