Loading...
SAINS
Penulis: Melki Pangaribuan 20:45 WIB | Senin, 12 Oktober 2015

Pemerintah Fokus Gunakan Water Bombing Padamkan Asap

Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan (tengah) didampingi Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, dan Menteri Kesehatan Nila Moeloek, serta perwakilan BNPB dan TNI. (Foto: Melki Pangaribuan)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Pandjaitan mengatakan bahwa pemerintah saat ini fokus menggunakan water bombing untuk melakukan pemadaman api dan asap di berbagai daerah.

"Kami berharap upaya secara masif dari water bombing dapat mengurangi asap dan kemudian penggunaan `water bombing` itu kami juga kombinasikan dengan chemical powder yang bisa tembus ke bawah dan memadamkan api," kata Luhut dalam jumpa pers terkait penanganan kabut asap di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, hari Senin (12/10).

Selain itu, kata Luhut, untuk memantau titik-titik api dan juga membantu pesawat yang melakukan "water bombing" dikerahkan juga drone-drone (pesawata tanpa awak) dari TNI Angkatan Darat dan Dirgantara Republik Indonesia.

"Ini pertama kali kita memakai drone dan sangat membantu para petugas kita di lapangan. Di sisi lain, kami juga sudah meminta bantuan kepada beberapa negara antara lain Australia, Tiongkok, Malaysia, dan Singapura," kata Luhut.

Dalam kesempatan yang sama, Luhut juga mengatakan bahwa Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan menjadi prioritas utama dalam operasi pemadaman api dan asap karena masih menjadi sumber asap terbanyak dibandingkan daerah lainnya di Indonesia.

"Jarak pandang di OKI hanya berkisar 100 meter, jadi memang masih parah dan ini berdasarkan data yang kami terima pagi ini," katanya.

Luhut menjelaskan bahwa Kabupaten OKI memang menjadi daerah dengan tingkat kebakaran yang paling parah setelah ia bersama dengan tim melakukan kunjungan di sana.

"Baru dipadamkan, namun kemudian ada tiupan angin sehingga timbul lagi asapnya dan di sana terdapat tanah gambut yang sangat rentan," katanya.

Ia juga menyatakan pemadaman dengan menggunakan water bombing juga urung dilakukan karena jarak pandang yang hanya 100 meter tersebut.

"Potensi untuk membuat hujan buatan di sana juga sangat sulit karena masih berkabut dan awannya masih sedikit sehingga kami juga belum menerima masuknya pesawat Hercules yang akan mendukung operasi hujan buatan tersebut," katanya.

Selain itu, menurutnya, el nino merupakan tantangan dalam pemadaman asap dan api di berbagai daerah di Indonesia.

"Jika dilihat perbandingan indeks el nino pada 1997 dan 2015, memang el nino pada tahun ini cukup parah sekali," katanya.

Menurut Luhut, adanya el nino tersebut menyebabkan dampak kekeringan yang sangat besar di berbagai daerah sehingga mempersulit tim kami untuk melakukan pemadaman.

"Sebagai contoh, pemantauan kualitas udara seperti pada 11 Oktober kemarin dan pagi ini juga masih cukup parah. Jadi, tantangan kita saat ini juga akibat el nino yang melebihi tahun 1997," katanya.

Luhut juga menggarisbahawi semua operasi pemadaman yang dilakukan saat ini oleh pihak-pihak terkait sudah terkoordinasi dengan baik dan terukur dengan bagus.

Turut hadir pula dalam jumpa pers tersebut antara lain Kapolri Badrodin Haiti, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Situ Nurbaya Bakar, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, dan Wakil Kepala BNPB Tri Budiarto. (Ant)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home