Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 17:13 WIB | Kamis, 30 Juni 2016

Pengungsi Gambia Gembira Berlatih di Hamburg SV

Ilustrasi: Pengungsi asal Gambia, Bakery Jatta, berlatih bersama Hamburg SV. (Foto: dailymail.co.uk).

HAMBURG, SATUHARAPAN.COM – Pengungsi asal Gambia, Bakery Jatta, merasakan suka cita karena mulai berlatih dengan salah satu klub Liga Jerman, Hamburg Sports Verein (SV).

Seperti diberitakan Daily Mail, hari Rabu (29/6) dia mengungkapkan rasa suka citanya karena seperti mendapat kehormatan berlatih dan merasakan kehidupan sebagai pesepak bola profesional.  

Striker 18 tahun itu menuai keberuntungan. Menurut penuturan pelatih kepala Hamburg SV, Bruno Labbadia, Jatta merupakan salah satu atlet yang mengungsi ke Eropa. Selama menjalani sesi rekrutmen untuk pengungsi yang dilaksanakan di Swiss, Labbadia melihat Jatta bakat sebagai pemain bola. Labbadia bahkan menilai kemampuan Jatta setara dengan striker Hamburg SV saat ini, Sven Schipplock.

Labbadia berharap Jatta bisa tetap menunjukkan kegigihan dan semangat dalam merumput di Liga Jerman musim depan. Minat tinggi terhadap Jatta telah ditunjukkan Labbadia dengan mengajaknya menandatangani kontrak profesional sebagai pemain. Jatta pun sepakat membubuhkan tanda tangan kontrak profesional selama tiga tahun dengan Hamburg SV, dan ia akan mendapatkan gaji 8.200 poundsterling (lebih kurang Rp 13 juta) per bulan. 

Pendapatan barunya sangat berbeda dengan latar belakang sosial budaya tempat Jatta dibesarkan di Gambia, Afrika.

Jatta merasa sedih ketika harus mengingat-ingat kembali momen masa lalu di tempat tinggalnya. Dia tidak lagi memiliki orangtua. Untuk bertahan hidup dia harus melintasi beberapa negara pada akhir 2015, dalam satu kendaraan dengan beberapa orang, dan menyeberangi lautan yang berbahaya. Dia masuk ke Eropa melalui Italia. Beberapa bulan kemudian dia berpartisipasi dalam sebuah sesi rekrutmen di Swiss. “Saya tumbuh tanpa orangtua, kondisi yang sangat buruk bagi saya di Afrika,” kata dia.

Saat tiba di Jerman pada Agustus 2015, ia belajar di sebuah akademi olahraga yang dijalankan mantan petinju Jerman, Lothar Kannenberg di Bremen.

Kamp tersebut, dahulu sebenarnya merupakan hunian sementara bagi pemuda bermasalah. Seiring dengan meningkatnya arus imigran, mantan petinju tersebut juga membuka kelas pelatihan pendidikan dan olahraga  bagi pengungsi dari luar Eropa yang berusaha berintegrasi ke dalam masyarakat.

Setiap pagi Jatta berpartisipasi pada sesi pendidikan. Pada sore hari, dia mengikuti sesi pelatihan secara individu. Jatta menceritakan saat tinggal di Afrika dia pernah bermain untuk klub lokal Gambia.

“Saya sangat senang,” kata Jatta. Dia menjelaskan kesiapannya hidup sebagai warga negara yang hadir karena alasan tertentu, dan yang terpenting adalah ingin mendapat perlakuan yang baik di negara barunya.

Jatta menjelaskan Hamburg SV dan Liga Jerman merupakan sebuah kompetisi yang terkenal di Afrika, dan banyak hal dari olahraga yang membuatnya tetap bersemangat.

Jatta menginginkan memiliki masa depan yang baik. Karena itu dia memutuskan menggapai pendidikan yang memadai di Eropa. Dia tetap mencintai negaranya, walau sudah jauh dari Afrika. Dia sadar mengikuti rombongan dari tempat tinggalnya di Gambia adalah hal yang berisiko, namun hal itu dia lakukan demi menggapai kehidupan yang baik.

“Di Gambia biasanya saya berlatih sepak bola bersama teman-teman di jalan raya, tapi kami tidak punya patokan tentang kemajuan kami,” kata dia.

Dengan bergabung ke Hamburg SV, dia ingin menjadi panutan bagi banyak orang. Labbadia mengemukakan Jatta adalah sosok yang kuat karena dia sosok pekerja keras. Labbadia menegaskan Jatta akan menerima perlakuan yang sama di klub. Tidak ada pembeda-bedaan perlakuan, termasuk gaji dan bonus. (dailymail.co.uk)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home