Loading...
DUNIA
Penulis: Mohd Izzuddin Ramli 06:31 WIB | Selasa, 14 Mei 2013

Pragmatisme Partai Islam Se-Malaysia (PAS) dalam PRU 13

KUALALUMPUR, SATUHARAPAN.COM-Partai Islam Se-Malaysia (PAS)  merupakan salah satu partai berlandaskan  Islam, PAS  dan satu-satunya partai di Malaysia yang meletakkan perjuangan politik untuk mendirikan  sebuah negara Islam di Malaysia. Perjuangan PAS dalam mendirikan negara Islam dapat dilacak lebih awal bermula sekitar tahun 1951 yaitu ketika ia keluar dari United Malay Nasionlist Organization UMNO. Partai yang mengusung nasionalisme Melayu dan memperjuangkan kepentingan etnis Melayu . Sebelum berdiri sebagai partai politik, PAS pada awalanya merupakan sebuah bagian organisasi yang mengurus  kegiatan  keagamaan di dalam partai UMNO.

Keluarnya  PAS dengan UMNO dikarenakan kekecewaan besar Ahmad Fuad, pimpinan PAS pada saat itu  yang merupakan  Kepala Biro Keagamaan UMNO  yang menjadikan nasionalisme Melayu sebagai  dasar perjuangan UMNO  yang juga  menghalalkan perjudian atas nama “Loteri Kebajikan Masyarakat”.  Kedua persoalan di atas mendorong para ulama yang tergabung dalam PAS, pada tanggal 24 –November- 1951  keluar dari UMNO dan kemudian mendirikan  PAS  di Pulau Penang . Partai ini  didukung oleh ulama dan kelompok muslim santri

Sebagai sebuah partai Islam, asas utama perjuangan partai ini memang untuk mewujudkan sebuah masyarakat dan pemerintahan negara yang berdasarkan nilai-nilai dan hukum-hukum kehidupan yang berteraskan Islam. Dalam  mencapai cita-cita ini, berbagai cara dan pendekatan  telah digunakan oleh PAS. Bermula dengan proses pentarbiyahan, pengkaderan ahli-ahli baru hingga  perjuangan politik untuk merebut kekuasaan.

Pragmatisme Politik PAS

Perjuangan PAS dalam ranah politik secara umum dimulai dengan keikutsertaan partai ini dalam Pemilu pertama Malaysia pada tahun 1959, yaitu setelah PAS  keluar dari UMNO. Pada Pemilu ini PAS hanya  berhasil memenangi satu kursi dari 222 kursi yang diperebutkan dan menjadi partai oposisi dengan kekuatan yang kecil. Dengan kekuatan ini hampir mustahil PAS dapat mencapai tujuanya  untuk mengambi alih pemerintahan.  Suara PAS kurang  didengar dan kurang mendapat perhatian terutama sekali dalam hal-hal pembuatan kebijakan-kebijakan yang mendasar.

Dalam sejarah politiknya, kemudian partai ini hanya menguasai pemeritahan federal seperti di Kelantan, Terengganu, serta Kedah. Keberhasilan  PAS untuk memenangi negeri-negeri yang sudah dikuasai  tidak berjalan dalam waktu yang singkat. Sikap rendah diri dan kuat pegangan agama yang dimiliki oleh pemimpin-pemimpin PAS menjadi salah satu faktor penting dalam mememengkan  ketiga negeri ini. PAS sebagaimana yang digambarkan oleh para ahli  sering menggunakan imejnya yang sederhana sebagai daya tarik untuk mengambil hati rakyat yang rata-rata berasal dari kelas bawah dan petani. Kelompok ini terdiri dari  orang Melayu-Islam yang menempati daerah-daerah perkampungan serta kawasan-kawasan yang belum berkembang.

Dukungan dari kelompok Melayu-Islam yang berasal dari  kelas bawahan  menjadi aset besar bagi PAS untuk memastikan keberlangsungan sebagai sebuah partai politik. Namun, dengan hanya memiliki dukungan yang kecil dari kelompok ini, mustahil bagi partai ini untuk melangkah lebih jauh. Tidak ada pilihan lain, PAS harus bisa  mengambil hati dari etnik non Melayu seperti  masayarakat Cina, India .  Dengan demikian PAS mengambil sikap yang lebih  pragmatis dalam dalam langkah-langkah  politiknya selanjutnya.

Pada tahun 2008, setelah berhasil meningkatkan kemenangannya dalam Pemilu  ke-12, PAS mengambil keputusan untuk bergabung dengan Partai Keadilan Rakyat (PKR) pimpinan Dr Anwar Ibrahim dan partai yang didukung oleh masayarakat Cina  Democratic Action Party (DAP) dan membentuk partai gabungan yang diberi nama  Pakatan Rakyat (PR) dan  sekaligus membentuk sebuah koalisi partai oposisi yang besar.  Dengan keputusan ini PAS duduk bekerja sama dengan partai-partai yang secara ideologi  sangat berbeda. Strategi PAS ini merupakan upaya agar PAS tetap terus memperkuat posisi politiknya dalam menghadapai UMNO dan menguasai pemerintahan di Malaysia.

Sikap pragmatik ini telah mengundang berbagai kritik terhadap PAS. Kritik itu berasal dari lawan politik, utamanya UMNO. Salah satau kritikan yang utama adalah berubahanya agenda  ideologis PAS dari membentuk negara Islam menjadi membentuk negara yang berkebajikan. Perubahan agenda ideologis ini menunjukkan melemahnya perjuangan ideologis PAS. Kritikan lain kepada PAS terkait dalam merespon perbedaan pendapat dengan DAP  dalam pelaksanaan hukum hudud yang tidak disetujui DAP  di.mana PAS dianggap mengalah. Kegagalan  dalam menjawab kritikan dalam  menjelaskan dengaan baik persoalan  hudud kepad DAP  khususnya,  serta kepada rakyat secara umum mengesankan bahwa misi idologi Islam dalam menerapkan hudud PAS tenggelam secara perlahan-lahan.

Mencairnya perjuangan ideologi PAS diperburuk dengan mencuatnya kasus skandal video seks yang  melibatkan pemimpin partai sekutunya  PKR  yang memberi kritikan terhadap PAS. Pargmatisme PAS dan skandal tersebut menjadi pukulan yang telak bagi PAS yang dianggap telah luntur ideologinya antara lain karena mempertahankan sekutu politik yang tidak bermoral. Berbagai kejadian ini telah memperburuk imej PAS sebagai partai Islam.

Berbagai persoalan yang melilit PAS telah menurunkan perolehan suara PAS pada Pilihan Rakyat Umum (PRU) ke 13   yang baru saja diumumkan pada tanggal 5 Mei lalu. Kejutan besar terjadi, karena PAS gagal mempertahanakan beberapa kursinya di Negeri Kelantan dan menderita kekalahan di negeri Kedah yang telah dimenangkannya pada Pemilu yang lalu. Menurunya capaian PAS ini tidak sejalan dengan keberhasilan koalisinya Pakatan Rakyat. PAS tidak berhasil dalam memenangkan suara pemilih dalam Pakatan Rakyat, karena partai ini hanya mendapatkan 21 Kursi atau paling sedikit dibanding PKR yang menenangi 29 Kursi dan DAP 38 kursi.

Capaian PAS yang kurang menggambirakan ini telah membuka mata para petinggi PAS. Di satu sisi, telah terjadi deislamisasi politik kelompok Melayu yang kembali memberikan dukungan yang besar kepada partai Nasionalis UMNO dan Partai Pluralis PKR. Sementara itu strategi pragmatism PAS yang bergabung dalam Pakatan Rakyat malah menurunkan perolehan suara dalam PRU ke-13 ini.

(Penulis adalah Mahasiswa Master Ilmu Politik Universiti Sains Malaysia)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home