Loading...
INDONESIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 23:09 WIB | Selasa, 03 Desember 2013

Rhoma Irama: Pemimpin Berideologi Islam Berpotensi Menangi Pemilu

Raja Dangdut Rhoma Irama berbicara dalam seminar nasional di Nusantara V, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (2/12). Seminar tersebut mengangkat tema mencari format lembaga kepresidenan yang efektif dan efisien untuk kesejahteraan rakyat. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Figur dengan karakter kepemimpinan berideologi Islam masih memiliki pengaruh kuat dan berpotensi memperoleh banyak suara dalam Pemilihan Umum 2014, kata salah satu bakal calon presiden dari Partai Kebangkitan Bangsa Rhoma Irama.

"Masih sangat kuat, untuk mengusung nilai-nilai ideologi aliran. Maka itu, saya mengusung aliran ideologi keislaman yang akan bermanfaat bagi semua umat, bukan hanya Muslim saja," kata Rhoma selepas diskusi "Mencari Pemimpin Masa Depan Pilihan Umat" di Jakarta, Selasa (3/12).

Rhoma mengaku sangat percaya diri dengan ideologi Islam, yang juga menjunjung nilai-nilai pluralisme, dan hal itu akan menjadi dasar karakter kepemimpinannya.

Menurut Rhoma, ideologi kepemimpinan berbasis pemikiran Islam akan menghasilkan kesejukan, keamanan, dan kenyamanan untuk alam semesta dan seisinya, bukan hanya diutamakan kepada kalangan Muslim.

"Jangankan untuk masyarakat non-Muslim, untuk binatang pun, Islam harus jadi rahmat," kata pedangdut legendaris itu.

Rhoma mencontohkan Nabi Muhammad, yang telah membuktikan bahwa ideologi kepemimpinan Islam sangat kondusif untuk memelihara keberagaman.

"Madinah menjadi contoh bagaimana tempat itu menjadi tempat yang beradab. Islam sangat kondusif untuk menciptakan keberagaman antarbangsa. Bukan hanya `lip service`," kata dia.

Konsisten berideologi Islam

Rhoma mengaku sejak pertama kali menjadi penyanyi dangdut telah konsisten mengusung ideologi Islam. Hal itu dituangkan ke dalam lirik-lirik lagunya yang juga menjadi daya tariknya.

Pada 1985, Rhoma mengatakan dirinya adalah simpatisan Partai Persatuan Pembangunan. Namun, pada akhir Orde Baru atau 1997, dia berpindah ke Golkar.

Rhoma menampik kepindahannya ke Golkar karena ideologinya telah berubah. Pasalnya, Golkar pada 1997, kata Rhoma, telah menunjukkan ajaran-ajaran nilai keislaman yang kuat, bahkan melebihi partai-partai lain berbasis massa Islam.

"Indikatornya, partai ini membuat program 1.000 mesjid, perhatian pada hari besar Islam sangat kuat, dan para pegawai pemerintahan saat itu diimbau untuk mengutaman haji," kata dia.

Jadi, menurut Rhoma, saat itu partai hanya instrumen, namun ideologi yang dia perjuangkan tetap nilai keislaman. (Ant)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home