Loading...
INDONESIA
Penulis: Endang Saputra 14:56 WIB | Rabu, 01 Oktober 2014

RMI NU Libatkan Santri di Jawa Barat Cegah Dini Terorisme

Pengurus Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) melibatkan sedikitnya lima puluh santri untuk mencegah penyebaran terorisme. (Foto: nu.or.id)

CIREBON, SATUHARAPAN.COM – Pengurus Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) melibatkan sedikitnya lima puluh santri dari berbagai pesantren di Jawa Barat untuk bersama mencegah penyebaran terorisme.

Hal itu dikatakan oleh pengurus pesantren Kempek KH Mustofa Aqil Siroj pembahasan terorisme di pesantren bukan upaya penyadaran akan bahaya terorisme bagi kalangan santri. Penolakan pesantren dan santri tidak perlu diragukan terhadap paham teror. Mereka selama tiga hari Senin (29/9) sampai dengan Rabu (1/10), di pesantren Kempek Cirebon mempelajari terorisme, sebab, penyebaran pahamnya via online, hingga pencegahannya.

“Kehadiran kita di pesantren ini mesti dipahami bahwa santri dan pesantren diajak untuk menanggulangi penyebaran paham teror yang kini dilakukan pihak tidak bertanggung jawab melalui berbagai cara dan media,” kata Kiai Mustofa yang kini diamanahkan sebagai Katib Syuriyah PBNU, Selasa (30/9).

Sementara itu Saefudin dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme mendukung pernyataan Kiai Mustofa. Menurutnya, kalangan santri penting terlibat dalam penyebaran paham terorisme.

“Di Jabar ini keamanan dari teroris raportnya merah, terbukti dengan pemboman di Mapolresta Cirebon. Kita bekerja keras bersama RMI untuk mengajak santri memutuskan penyebaran paham ini. Terorisme harus dicegah dengan cara bukan kekerasan,” kata Saefudin.

Pada satu sesi di pelatihan ini Sekretaris RMI NU KH Miftah Faqih memandu peserta untuk siap terjun di masyarakat. Ia membagi peserta ke dalam lima kelompok. Mereka diajak secara kritis menganalisa dan memahami perintah pembunuhan terhadap non muslim yang ada pada potongan Al-Quran dan hadits Rasulullah.

Menurut Kiai Miftah, analisa terhadap potongan Al-Quran dan hadits ini akan melatih peserta menghadapi mereka secara teologis. Ia mengajak peserta melihat potongan ayat dan hadits itu dilihat dari aspek asbabun nuzul, korelasinya dengan lain ayat, dan pesan moralnya.

“Ingat teks yang terlepas dari konteksnya akan melahirkan tasyisun nushusil muqaddasah (politisasi ayat dan hadits oleh kelompok tertentu demi kepentingannya),” kata Kiai Miftah.
Pelatihan ini terselenggara atas kerja sama RMI NU, BNPT, dan Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi (Pakar). (nu.or.id)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home