Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 07:59 WIB | Selasa, 01 Mei 2018

Soroti Kondisi Lingkungan Rainbow Warrior Berkunjung ke Indonesia

Ilustrasi. Kapal Greenpeace Rainbow Warrior memonitor kegiatan kelapa sawit di Dumai - Pelabuhan ekspor kelapa sawit terbesar di Indonesia. Pembukaan perkebunan kelapa sawit ke hutan dan lahan gambut merupakan ancaman serius bagi iklim global dan hutan di Indonesia. (Foto: greenpeace.org)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Isu lingkungan hidup dan dampaknya yang semakin nyata di Indonesia, mendorong kedatangan kapal Rainbow Warrior sejak pertengahan April lalu.

Kapal Rainbow Warrior milik organisasi lingkungan independen, Greenpeace, berkunjung ke Indonesia untuk melakukan kampanye lingkungan.

Kapal ini tiba di perairan Sorong, Papua Barat, pertengahan April lalu, dan terus melanjutkan perjalanan ke beberapa daerah di Indonesia. Kapal ini terakhir merapat di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.

Kepala Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak, Minggu (29/4) kepada VOA mengatakan, kampanye Greenpeace di Indonesia kali ini adalah soal perubahan iklim yang terjadi dan dampaknya semakin nyata.

"Bukan sesuatu yang over the horizon. Sudah mulai terjadi. Tetapi kita masih berupaya, bekerja keras berkolaborasi untuk meminimalisasi dampaknya. Tetapi perlu kerja yang signifikan. Karena tanpa kerja yang signifikan tidak akan berhasil. Kalau kita tidak bisa tahan di 1.5 derajat pemanasan global itu, ada banyak sekali ekologis yang tidak bisa di balik lagi," katanya.

Dalam kesempatan ini, Leo juga mengingatkan Presiden Joko Widodo untuk mencegah pemanasan global agar tidak melebihi batas 1,5 sampai dua derajat celsius.

"Pak Jokowi supaya konsisten dengan komitmen-komitmennya. Terutama komitmen yang disampaikan di Paris tahun 2015, di mana dunia bersepakat termasuk kita, bersama-sama mencegah pemanasan global itu melebihi batas 1.5 sampai 2 derajat celsius. Dan itu tidak cuma bisa omong, tidak cuma bisa pidato. Konkretnya ya hutan kita jangan dibalak (tebang) lagi. Sudah terlalu banyak yang habis. Jangan diteruskan lagi. Energi kita jangan lagi bergantung pada batubara," kata Leo.

Berdiskusi dengan Menteri Susi Pujiastuti

Ketika berkunjung ke daerah-daerah di Indonesia ini, kapal Rainbow Warrior membuka kesempatan bagi warga setempat untuk naik ke atas geladak kapal, dan mendapatkan penjelasan seputar aktivitas Greenpeace.

Tri, warga Jakarta yang datang bersama keluarga, mengapresiasi kehadiran kapal Rainbow Warrior di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Namun Tri menyayangkan penggunaan mesin diesel di kapal Rainbow Warrior.

"Sempat kita pertanyakan apakah dia menggunakan mesin diesel, karena sebelumnya kan dijelaskan bahwa mesin diesel menimbulkan polusi di pelabuhan. Tapi kan ternyata kapal ini juga bermesin diesel. Walaupun digunakan hanya 15 persen. Berarti dia berkontribusi polusi sebanyak 15 persen,” kata Tri.

Sementara itu Karyono, yang juga warga Jakarta, kagum dengan aktivitas Greenpeace yang tidak kenal lelah dalam perjuangannya melawan segala bentuk pencemaran lingkungan.

“Untuk kapal Greenpeace ini baru pertama kali saya di sini. Tapi salut dengan teman-teman Greenpeace ini. Sepak terjang dari mereka berdemo dan lain-lain membantu masyarakat dari pencemaran lingkungan," kata Karyono..

Di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, aktivis Greenpeace juga menggelar berbagai macam kegiatan penyelamatan lingkungan, antara lain pemanfaatan energi surya.

Saat berada di Perairan Sorong Papua Barat, pada Sabtu (17/3) lalu, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti ikut naik ke kapal Rainbow Warrior, dan menghabiskan waktu selama beberapa jam untuk berdiskusi dengan awak kapal dan aktivis Greenpeace, termasuk Kapten Kapal Hettie Genen, Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara Yeb Sano, dan Kepala Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak.

Dalam kesempatan itu, Leonard Simanjuntak menyampaikan apresiasi Greenpeace atas kinerja Susi Pudjiastuti pada perlindungan ekosistem laut.

Setelah dari perairan Sorong, Rainbow Warrior singgah di kawasan laut Raja Ampat, di mana para aktivis mengingatkan semua pemangku kepentingan betapa penting hutan dan perlindungan terumbu karang bagi masyarakat asli Papua.

Dari Sorong, kapal itu singgah di Bali, di mana Greenpeace menyoroti pengembangan aktivitas PLTU batubara di Celukan Bawang, dan juga kondisi darurat sampah plastik yang telah mengancam industri pariwisata, kondisi alam, dan kesehatan masyarakat.

Terakhir, Rainbow Warrior bersandar di Jakarta, menyoroti permasalahan lingkungan Ibukota yang cukup kompleks, mulai dari polusi udara yang bersumber dari industri, kendaraan bermotor, bahkan pembangkit batubara, hingga timbunan sampah yang tidak lagi terkontrol. (voaindonesia.com)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home