Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Dewasasri M Wardani 15:58 WIB | Kamis, 13 Juli 2017

Stevia, Pengganti Gula Alami

Stevia (Stevia rebaudiana). (Foto: legionathletics.com)

SATUHARAPAN.COM – Stevia mungkin dapat dikatakan sebagai tanaman yang unik di antara tanaman lain karena kandungannya. Daun stevia dikenal sebagai pengganti gula alami. Karena berasal dari tanaman meskipun rasanya manis, daun stevia dikenal rendah kalori.

Stevia adalah nama populer dari bahan yang berasal dari tanaman Stevia rebaudiana. Stevia menurut Wikipedia, termasuk dalam keluarga bunga matahari atau Asteraceae, dan banyak tumbuh di daerah subtropis dan tropis di wilayah barat Amerika Utara dan Amerika Selatan.

Bentuk daunnya seperti kemangi, berukuran kecil dan berwarna hujau. Daunnya bertumpuk-tumpuk dalam satu batang, berbiji, dan bertunas.

Stevia dikutip dari disbun.jabarprov.go.id, memiliki keunggulan antara lain tingkat kemanisannya yang mencapai 200-300 kali kemanisan tebu, serta rendah kalori, sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes dan obesitas. Selain itu, stevia juga bersifat non-karsinogenik (tidak menyebabkan kanker).  

Zat pemanis dalam stevia yaitu steviosida dan rebaudiosida tidak dapat difermentasikan oleh bakteri di dalam mulut menjadi asam. Karena itu, stevia tidak menyebabkan gangguan pada gigi.

Stevia rebaudiosida A (reb A), dikutip dari acefitness.org, salah satu senyawa utama dalam gula stevia, diberi status GRAS (generally recognized as safe, atau secara umum dianggap aman) oleh FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat pada Desember tahun 2008. FDA mengizinkan penggunaannya dalam produksi pangan utama di  AS, sedangkan Uni Eropa mengizinkannya pada tahun 2011.  

Morfologi Tanaman Stevia Rebaudiana

Stevia rebaudiana dikutip dari uajy.ac.id, adalah tanaman semak yang berasal dari daerah Amerika Selatan (daerah perbatasan antara Paraguay dan Brasil).

Daun stevia mengandung steviosida yang merupakan komponen utama pemberi rasa manis. Kandungannya antara 4 – 20  persen dari berat kering daun stevia (bergantung pada kondisi penanaman dan pertumbuhannya). Komponen lain pemberi rasa manis pada daun stevia tetapi dalam kadar yang lebih rendah, yaitu steviolbiosida, rebaudiosida A, B, C, D, E, F dan dulcosida A.

Stevia termasuk tumbuhan semak yang tingginya mencapai 30 cm. Daunnya langsung menempel pada batang dengan panjang sekitar 3 – 4 cm, berbentuk lanset atau bentuk spatula dengan ujung lamina daun yang tumpul. Tepi daun bergerigi mulai dari bagian tengah hingga ujung daun.

Permukaan atas daun dan batang muda memiliki rambut-rambut halus (trikoma), sedangkan batang tua menjadi berkayu. Akarnya sedikit bercabang dan bunganya berwarna ungu cerah .

Plasma nutfah (germ plasma) tanaman stevia, dikutip dari sulut.litbang.pertanian.go.id, berasal dari Amambay dan Iguaga, yaitu daerah sub tropis Mato Grosso. Daerah itu berada di perbatasan antara Brasil, Paraguay, dan Argentina (Amerika Selatan). Jenis tanaman stevia yang ditemukan di daerah asal tersebut adalah Stevia rebaudinana Bertoni (Eupatorium rebaudianum).  

Awalnya tanaman itu bernama Eupatorium rebaudianum. Pada tahun 1887, ahli botani Moises Santiago Bertoni, meneliti stevia sebagai pemanis dan ramuan obat secara terperinci. Kemudian nama tanaman berubah menjadi Stevia rebaudiana Bertoni pada tahun 1905.

Nama lain yang dikenal adalah sweet leaf atau honey leaf. Orang-orang Guarani di Brasil dan Paraguay, menyebutnya sebagai ka'a he’e, yang berarti "ramuan manis".

Pada tahun 1931, ahli kimia M Bridel dan R Lavielle dari Prancis, mengisolasi dua glikosida yang membuat daun stevia manis, steviosida dan rebaudiosida. Steviosida itu manis tapi juga memiliki aftertaste pahit yang banyak dikeluhkan saat menggunakan stevia, sementara rebaudiosida lebih enak rasanya, manis, dan kurang pahit. 

Pada akhir 1950-an, Jepang mulai budidaya stevia dan pada tahun 1970 mulai menggunakan stevia secara komersial. Bahkan pada tahun 2006, WHO mengevaluasi secara menyeluruh tentang studi stevia melalui serangkaian percobaan yang dilakukan pada hewan dan manusia, yang kemudian menyimpulkan stevia mengandung glikosida steviol dan tidak berkarsinogenik. Rebiana atau rebaudioside A umumnya dikenal aman oleh FDA dan digunakan sebagai pemanis buatan pada makanan dan minuman.

Saat ini stevia telah dibudidayakan dan digunakan dalam makanan di Asia Timur termasuk di Tiongkok, Korea, Taiwan, Thailand, dan Malaysia.

Di Indonesia, penelitian untuk kemungkinan pengembangan stevia dilakukan sejak tahun 1984 oleh Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia dan menghasilkan antara lain bibit unggul klon BPP 72. Daerah pengembangan  tanaman stevia antara lain Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumatera Utara, Bengkulu, Tawangmangu Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

Ada sekitar 200  spesies stevia yang tumbuh di Amerika Selatan. Sebagai tanaman herbal milik keluarga Asteraceae, stevia berhubungan dengan ragweed, chrysanthemum, dan marigold. Stevia rebaudiana adalah stevia yang paling unggul.

Stevia kini tersebar ke beberapa daerah di dunia, seperti Kanada, beberapa negara Asia dan Eropa. Di antara 230 spesies pada genus Stevia, hanya spesies rebaudiana dan phlebophylla yang menghasikan steviol glikosida.

Dikutip dari medicalnewstoday.com, di seluruh dunia, lebih dari 5.000 produk makanan dan minuman saat ini menggunakan stevia sebagai ramuan. Pemanis stevia digunakan sebagai bahan dalam produk di seluruh Asia dan Amerika Selatan seperti es krim, makanan penutup, saus, yogurt, aneka acar, roti, minuman ringan, permen karet, permen, makanan laut, dan sayuran olahan.

Di Amerika Serikat  pemanis stevia terutama ditemukan pada produk meja sebagai pengganti gula, untuk mengurangi kalori. Ekstrak daun stevia telah tersedia juga sebagai suplemen makanan sejak pertengahan 1990an.

Manfaat Herbal Stevia

Stevia, dikutip dari draxe.com, telah digunakan selama lebih dari 1.500 tahun oleh orang-orang Guarani di Brasil dan Paraguay. Orang Amerika Selatan asli, suka menggunakan pemanis yang tidak berkalori ini dalam minuman teh herba, yang berfungsi sebagai obat yang manis.

Di negara-negara Amerika Selatan ini, stevia juga telah digunakan secara khusus sebagai obat tradisional untuk luka bakar, masalah perut, kolik, dan bahkan sebagai bentuk kontrasepsi.

Stevia, mengandung sejumlah senyawa yakni steviosida, rebaudiosida, dan glikosida.

Hasil penelitian lain menyebutkan stevia memiliki manfaat kesehatan lain selain pemanis. Salah satu penelitian tersebut, yang diterbitkan dalam Journal of Animal Psychology and Animal Nutrition edisi Desember 2008, dikutip dari  mercola.com, memberi komentar tentang sifat antimikroba dan antijamurnya. Periset melihat penggunaan potensial Stevia sebagai suplemen pakan hewan prebiotik, sehubungan dengan larangan penggunaan antibiotik umum pada makanan umum di tahun 2007.

Tim peneliti Departemen Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Kedokteran Hewan dan AH, Universitas Pertanian Birsa, Ranchi India, meneliti  aktivitas antidiabetes dan fitokimia skrining ekstrak kasar Stevia rebaudiana pada tikus diabetes yang diinduksi alloxan. Hasil uji fitokimia menunjukkan ekstrak Stevia rebaudiana dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus diabetes .

 

 

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home