Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 10:26 WIB | Sabtu, 24 Februari 2018

Tangan Tuhan yang Atur Seg’nap.

Abraham percaya bahwa Tuhan yang mengatur semuanya.
Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM– ”Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: ’Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.’” (Rm. 4:18). Demikianlah catatan Paulus berkenaan dengan Abraham.

Mengapa Abraham percaya? Sejatinya itulah jalan terlogis. Bukankah Allah mahakuasa? Bukankah Abraham telah menjadikan Dia sebagai Tuannya? Dan jalan terlogis seorang hamba—yang memang tidak tahu hari depan—memang percaya penuh kepada Sang Tuan.

Lagi pula, bukankah itu juga yang diharapkan Abraham. Dia sungguh-sungguh mendambakan keturunan. Dan apa salahnya memercayai janji yang memang sangat diharapkannya. Terlebih, yang berjanji kepadanya bukanlah pribadi sembarangan. Allah sendirilah yang berjanji. Abraham  percaya bahwa Tuhan yang mengatur semuanya.

Penyair Stuart Hamblen, terjemahan K.P. Nugroho dan terekam dalam Nyanyikanlah Kidung Baru 48, menulis: ”Bila nampak olehku berjuta bintang di angkasa, ’ku tak faham yang dilukiskannya. Namun Tuhan Allahku yang menabur bintang itu, berencana di tiap karyanya. Hanya Dialah yang tahu ’kan segala rahasia, tiada ’ku takut ’kan kuasa gelap. Masa yang datang tak jelas, tapi ini t’rang bagiku: Tangan Tuhan yang atur seg’nap.”  

Paulus mencatat: ”Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup” (Rm. 4:19). Abraham lebih berpegang pada janji Tuhan ketimbang realitas hidup. Meski dalam pandangan manusia serbamustahil—berkait umur yang makin lanjut, juga Sara telah menopause—Abraham tetap percaya. Dia memercayai Allah yang telah berjanji kepada-Nya.

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home