Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 18:09 WIB | Rabu, 03 Juni 2015

Tim Transisi Ingin Pesepakbola Tidak Makan di Warteg Lagi

Ilustrasi: Titus Bonai (kanan) dan Andik Vermansyah (kiri). (Foto:Istimewa)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Koordinator Tim Transisi bidang Pembenahan Tata Kelola Sepak Bola Indonesia Zuhairi Misrawi mengatakan pesepakbola Indonesia ke depan harus memiliki pengetahuan tentang olahraga, seperti cara-cara pengembangan kondisi fisik. Dengan demikian, menurut dia, diharapkan tidak ada lagi pemain yang makan di warung tegal (warteg).

“Pemain juga harus mendapatkan sport science, dan memahami hal-hal terkait kondisi fisik pemain, sehingga tidak ada lagi pemain yang makan di warteg,” ujar Zuhairi dalam diskusi bertema ‘Arah Sepak Bola Kita Kemana?’ di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (3/6).

Tujuannya, menurut dia, membangun tim nasional sepak bola Indonesia yang kuat agar dapat berprestasi di kancah internasional. “Lima tahun ke depan Indonesia juara di level Asia Tenggara, 10 tahun mendatang juara di level Asia, 15 tahun masuk putaran final Piala Dunia,” kata Zuhairi.

Oleh karena itu, dia mengatakan Tim Transisi telah menyiapkan blueprint atau program jangka panjang terhadap perbaikan sepak bola Tanah Air dengan prinsip sepak bola untuk semua. “Ini harus ada revolusi total atau revolusi mental terhadap PSSI kita. Arahnya ke mana? Kami di Tim Transisi ingin PSSI adalah organisasi sepak bola untuk semua,” ujar Zuhairi.

Maksudnya, dia menjelaskan, ketika prinsip sepak bola untuk semua dijalankan, maka seluruh elemen sepak bola, baik itu penonton, penggemar sepak bola, ataupun masyarakat umum, dapat mengetahui berbagai permasalahan dalam tubuh PSSI. Misalnya, terkait pemasukan PSSI dari tiket pertandingan, hak siaran televisi, hingga dana-dana yang berasal dari sponsor.

“Pada masa mendatang kami ingin PSSI sepak bola untuk semua, publik harus tahu apa saja, dan penonton bisa mempertanyakan apa saja,” ucap Zuhairi.

“Dengan demikian PSSI tidak lagi hanya menjadi milik pengurusnya, tapi milik segenap bangsa Indonesia,” dia menambahkan.

Sebab, menurut dia, kualitas tata kelola sepak bola, baik di level federasi tingkat nasional maupun klub harus dikelola dengan baik. Sehingga, mampu melahirkan masa depan cerah bagi sepak bola Indonesia. “Kompetisi usia dini secara berjenjang harus digalakkan, baru kita bisa bicara di level internasional,” ujar Zuhairi.

Selain itu, program jangka Tim Transisi adalah mempersiapkan pembangunan infrastruktur sepak bola. Zuhairi menjelaskan, mulai bulan Juni 2015, akan dimulai pembangunan 1.800 lapangan sepak bola di seluruh penjuru Tanah Air.

Dia menambahkan, sepak bola wanita juga harus diberi perhatian. Selama ini terabaikan, sehingga tim sepak bola wanita Indonesia berada di peringkat terbawah FIFA. “Blueprint terakhir adalah penataan piramida kompetisi dan pembinaan dengan membakukan posisi akademi dalam masing-masing klub sepak bola," katanya.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home