Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 14:18 WIB | Rabu, 10 Februari 2016

Utang Luar Negeri Negara-negara Arab Melambung

Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud, raja Kerajaan Arab Saudi. Negara ini satu dari negara-negara Teluk yang menghadapi tekanan utang luar negeri. (Foto: Al Arabiya / SPA)

KUWAIT CITY, SATUHARAPAN.COM -  Negara-negara Teluk kaya minyak diprediksi akan menghadapi lonjakan utang publik hingga dua kali lipat dan penurunan aset sebesar sepertiga hingga 2020, saat mereka berusaha menutupi defisit anggaran akibat anjloknya harga minyak, menurut sebuah laporan, Selasa (09/02).

Setelah mencatat defisit sebesar 160 miliar dolar AS (sekitar Rp2,17 kuadriliun) pada tahun lalu dan menghadapi defisit hingga 159 miliar dolar AS (sekitar Rp2,15 kuadriliun) pada 2016, enam negara Arab Teluk harus meminjam dan menggunakan cadangan fiskal besar mereka untuk menutupi defisit anggaran, menurut laporan yang dirilis oleh kepala penelitian di Kuwait Financial Centre (Markaz), M.R. Raghu.

Sebaliknya pada 2012, negara Teluk mencetak surplus gabungan sebesar 220 miliar dolar AS (sekitar Rp2,9 kuadriliun).

Laporan itu mengatakan utang publik enam negara yang tergabung dalam Dewan Kerja Sama Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) akan melambung menjadi 59 persen dari produk domestik bruto (PDB) dalam lima tahun, dari 30 persen pada akhir 2015.

Aset fiskal negara GCC yang mencapai sekitar 140 persen dari PDB, atau lebih dari 2,2 triliun dolar AS (sekitar Rp29,8 kuadriliun), pada akhir tahun lalu, ungkap Raghu. Ia menambahkan bahwa aset tersebut diperkirakan anjlok menjadi hanya 100 persen dari PDB pada 2020.

GCC yang terdiri dari Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab memproduksi total 18 juta barel minyak setiap hari.

Pendapatan dari sektor minyak menyumbang 80 persen dari pendapatan publik sebelum harga minyak mentah merosot sekitar tiga perempat nilainya sejak pertengahan 2014.(AFP/Ant)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home