Loading...
SAINS
Penulis: Doni Setyawan 14:18 WIB | Sabtu, 18 Mei 2013

Warga GKJ Ikut Mengembangkan Biogas

Skema instalasi pengolahan biogas (Foto: BIRU)

SALATIGA, SATUHARAPAN.COM – Masalah egergi merupakan masalah bersama dan setiap pihak bisa berpartisipasi. Berkaitan dengan masalah ini, Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ) terus mengembangkan pemanfaatan limbah ternak untuk menghasilkan energi. Usaha serupa diselenggarakan oleh gereja-gereja di Salatiga dan sekitarnya.

William Leang dari BIRU (Biogas Rumah), sebuah lembaga yang berkantor di Solo, Jawa Tengah, mengatakan bahwa untuk membuat satu unit  pengolahan biogas dari limbah rumah, termasuk ternak, cukup diperlukan dana tujuh juta rupiah. Dengan fasilitas ini, sebuah rumah tangga bisa memenuhi kebutuhan energi sehari-hari, khususnya memasak.

Leang mengatakan hal itu dalam  pertemuan sosialisasi yang diselenggarakan GKJ, Klasis Salatiga Utara, Sabtu (18/5) di Tuntang, Ambarawa. Dia menyebutkan bahwa pihak BIRU juga memberikan subsidi sebesar dua juta rupiah bagi yang ingin mengembangkan biogas. Selain itu, ada lembaga keuangan yang juga bisa membantu kebutuhan dana selebihnya.

Selain itu, Ketua Bidang Kespel, GKJ Klasis Salatiga Urata, Juwanto M.Si, mengatakan bahwa jika warga GKJ bisa mengembangkan biogas, maka akan memberikan dampak yang luas dalam penghematan energi fosil dan penyelamatan lingkungan.

Warga GKJ di Salatiga dan sekitarnya banyak yang bekerja sebagai petani dan peternak, sehingga potensial untuk mengembangkan biogas. Gas yang dihasilkan dari limbah organik merupakan hasil fermentasi yang dibantu oleh mikroorganisme anaerob dalam ruang reaktor yang tertututp. Gas yang dihasilkan adalah gas methana (CH4) yang jumlahnya 60-78 persen dari seluruh gas yang disalikan. Gas ini bersifat mudah terbakar, dan bisa dimanfaatkan untuk energi.

Kelebihan pemanfaatan biogas, termasuk untuk skala rumahan, tidak terbatas pada tersedianya energi alternatif yang terbarukan, tetapi juga partisipasi konkret dalam penyelamatan lingkungan. Bahkan limbah dari bak reaktor masih bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang juga diperlukan bagi petani. Limbah ini juga bisa dijual dengan harga Rp 500 per liter.

Acara yang diselenggarakan dengan  motto “Mengubah Tlethong (kotoran ternak) menjadi Susu” itu banyak diminati warga yang umumnya  memiliki ternak. Biogas ini memberikan tawaran penting, karena petani bisa memperoleh hasil dari tenak, bukan hanya daging atau susu yang dihasilkan, tetapi kotorannya pun bisa menambah pendapatan, dan mewujudkan partisipasi penyelamatan lingkungan.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home