Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 14:19 WIB | Jumat, 12 Juni 2020

WHO: Kasus baru COVID-19 di Afrika Makin Cepat

Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Matshidiso Moeti. (Foto: Reuters)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM-Penularan virus corona baru dari 100.000 menjadi 200.000 kasus yang dikonfirmasi di Afrika menunjukkan kecepatan pandemi ini di benua tersebut, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hari Kamis (11/6). Menurut penghitungan AFP, Afrika melampaui angka 200.000 pada hari Selasa (9/6).

"Butuh 98 hari untuk mencapai 100.000 kasus pertama, dan hanya 18 hari untuk menjadi 200.000 kasus," kata Dokter Matshidiso Moeti, direktur regional WHO untuk Afrika, mengatakan pada sebuah video briefing yang diselenggarakan oleh asosiasi pers PBB di Jenewa, Swiss.

"Meskipun kasus-kasus di Afrika ini kurang dari tiga persen dari total kasus global, jelas bahwa pandemi ini semakin cepat." Virus corona baru telah menginfeksi hampir 7,4 juta orang di seluruh dunia, dan menewaskan sedikitnya 416.000 sejak wabah muncul di China Desember lalu.

Afrika telah mencatat 5.635 kematian dari 210.519 kasus yang dikonfirmasi, menurut hitungan AFP pada hari Kamis (11/6).

Di Afrika, "pandemi ini masih terkonsentrasi di dan sekitar ibu kota, tetapi kami melihat semakin banyak kasus menyebar ke provinsi-provinsi," kata Moeti.

Dia mengatakan bahwa di sebagian besar negara di benua itu, virus masuk ke ibu kota melalui penerbangan internasional dari Eropa.

Afrika Selatan Terkena Dampak Terburuk

"Sepuluh dari 54 negara di Afrika saat ini yang menggerakkan angka," kata Moeti, di mana negara-negara tersebut menyumbang 80 persen kasus. Dan Afrika Selatan menyumbang hampir 25 persen dari total kasus di benua itu.

"Mayoritas negara masih memiliki kurang dari 1.000 kasus yang dilaporkan," kata Moeti. "Namun, ada transmisi komunitas di lebih dari 50 persen negara."

Sementara itu lebih dari 70 persen kematian terjadi di hanya lima negara: Afrika Selatan, Aljazair, Nigeria, Mesir, dan Sudan.

Moeti mengatakan bahwa walaupun ada kemungkinan bahwa beberapa kasus asimptomatik dan ringan tidak terdeteksi, WHO Afrika percaya bahwa sejumlah besar kasus parah dan kematian tidak terlewatkan di benua itu.

Populasi Afrika yang relatif lebih muda dibandingkan dengan benua lain, dan pengalaman dalam menangani wabah penyakit, adalah alasan mengapa Afrika belum melihat tingkat kematian seperti yang dialami di benua lain.

Moeti mengatakan tindakan awal oleh negara-negara Afrika telah membantu menjaga jumlah kasus tetap rendah, tetapi kewaspadaan terus-menerus masih diperlukan. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home