Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 08:26 WIB | Kamis, 19 November 2020

WHO: Vaksin Jangan Dilihat sebagai Solusi Ajaib

Vaksin COVID-19. (Foto ilustrasi: dok. Ist.)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM-Direktur keadaan darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa vaksin tidak akan tiba pada waktunya untuk mengalahkan gelombang kedua pandemi COVID-19.

Michael Ryan dari WHO, hari Rabu (18/11) mengatakan vaksin tidak boleh dilihat sebagai solusi ajaib "unicorn," dan negara-negara yang berjuang melawan kebangkitan virus sekali lagi harus "mendaki gunung ini" tanpa vaksin.

"Saya pikir itu setidaknya empat hingga enam bulan sebelum kita memiliki vaksinasi yang signifikan di mana saja," katanya, dalam sesi tanya jawab publik di media sosial.

Meskipun baru-baru ini ada pengumuman menjanjikan dari uji coba vaksin kandidat fase akhir, "kita belum berada di sana dengan vaksin," kata Ryan.

"Banyak negara sedang melalui gelombang ini, dan mereka akan melalui gelombang ini, dan terus melalui gelombang ini, tanpa vaksin. Kita perlu memahami dan menginternalisasinya, dan menyadari: kita harus “mendaki gunung” ini, kali ini, tanpa vaksin."

Mengejar Vaksin

Pfizer mengatakan pada hari Rabu (18/11) bahwa studi lengkap dari vaksin eksperimental menunjukkan 95 persen efektif, sementara sesama perusahaan Amerika Serikat, Moderna, pekan ini mengatakan bahwa kandidatnya sendiri efektif 94,5 persen. Rusia mengklaim kandidatnya lebih dari 90 persen efektif.

Ryan memperingatkan agar tidak mengendurkan kewaspadaan individu terhadap virus, karena keyakinan yang keliru bahwa vaksin sekarang akan menyelesaikan masalah. "Beberapa orang berpikir vaksin akan, dalam arti tertentu, solusi unicorn yang kita semua kejar. Ternyata tidak," kata pria Irlandia itu.

"Jika kita menambahkan vaksin dan melupakan hal-hal lain, Covid tidak akan menjadi nol," katanya

Jumlah kasus COVID-19 baru di Eropa menurun pekan lalu untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga bulan, tetapi kematian di kawasan itu terus meningkat, menurut data WHO hari Rabu.

Setidaknya 55,6 juta kasus di seluruh dunia telah tercatat sejak wabah muncul di China Desember lalu. Virus corona baru telah menewaskan lebih dari 1,3 juta orang di seluruh dunia, menurut penghitungan dari sumber resmi.

Ryan menyuarakan keprihatinan tentang bagaimana pandemi telah meninggalkan banyak cucu yang berduka yang tidak dapat melalui proses kedukaan karena pembatasan yang diberlakukan untuk memerangi virus. "Banyak anak di sini yang kehilangan kakek-neneknya," katanya.

"Ada sedikit trauma di luar sana di antara anak-anak. Proses berduka untuk anak-anak, itu sulit, karena Anda tidak memiliki semua hal yang alami: situasi pemakaman, Anda tidak boleh mengucapkan selamat tinggal, Anda tidak bisa hadir di pertemuan. Saya prihatin jika kebutuhan anak untuk berduka karena kehilangan seorang kakek telah terganggu, karena itu berdampak seumur hidup," katanya. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home