20 Persen Kematian Akibat Kolera di Sudan Selatan adalah Balita
JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Dana Anak PBB (UNICEF) pada Selasa (7/7), melaporkan anak yang berusia di bawah lima tahun merupakan 20 persen korban yang meninggal akibat kolera di Kota Jub dan Bor, Sudan Selatan.
Sejauh ini 32 orang telah meninggal akibat penyakit tersebut. UNICEF menyoroti pentingnya pendidikan untuk mencegah wabah itu, yang telah menyebabkan lebih dari 700 kasus kolera yang dilaporkan setakat ini, dengan latar-belakang perang saudara yang telah berkecamuk sejak Desember 2013.
Dalam upaya mengendalikan penyakit itu, sebanyak 1.340 siswa dan 30 guru sudah diberi informasi yang bisa menyelamatkan nyawa, dan UNICEF menyatakan organisasi tersebut berharap mencapai 150 sekolah.
"Kolera adalah penyakit yang mematikan yang secara tak terkendali menyerang anak kecil," kata Wakil UNICEF di Sudan Selatan Jonathan Veitch, sebagaimana dikutip Xinhua, Rabu (8/7) pagi. Ia menambahkan salah satu cara yang paling efektif untuk mengendalikan wabah itu ialah dengan melengkapi siswa dengan informasi penting dan alat untuk melindungi diri mereka sendiri serta keluarga mereka.
Upaya tersebut meliputi mendidik guru dan murid mengenai peningkatan kesehatan, seperti cuci tangan dengan sabun dan penanganan air serta pangan secara aman, dan peningkatan cara buang hajat yang aman.
Dalam upayanya untuk mencegah wabah itu, UNICEF juga membagikan sabun buat masyarakat, memperkokoh instalasi kesehatan, melakukan kegiatan vaksinasi, meningkatkan kesadaran pada masyarakat yang rentan. Pada saat yang sama, dilakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi dengan melatih relawan, guru dan pemuka agama.
Semua tindakan itu sangat penting, sementara UNICEF memperingatkan jika wabah menyebar ke daerah yang terpengaruh konflik, kekurangan instalasi kesehatan yang berfungsi dapat mengakibatkan hilangnya nyawa manusia.
Sebanyak 184 instalasi kesehatan, telah ditutup atau hancur akibat konflik yang berkecamuk dan telah menewaskan ribuan orang, serta membuat lebih dari 2,2 juta orang lagi meninggalkan tempat tinggal mereka.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kolera penyakit diare akut yang disebabkan oleh makanan atau air yang tercemar bakteri Vibrio kolera, menewaskan 100.000 sampai 120.000 orang setiap tahun.
Meskipun sebanyak 75 persen orang yang terserang Vibrio kolera tidak memperlihatkan gejala apa pun, bakteri itu tetap ada di dalam kotoran mereka selama sampai dua pekan dan dapat menyebar kembali ke lingkungan hidup, sehingga orang lain terancam tertular. (Ant)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Tujuh Alasan Emas 18 Karat Cocok Jadi Perhiasan
JAKARTA, SATUHRAPA.COM - Perhiasan memang bukanlah kebutuhan primer bagi manusia, tapi tak ada salah...