Loading...
INDONESIA
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:38 WIB | Rabu, 22 April 2015

2015, Jumlah Imigran Meninggal di Mediterania 30 Kali Lipat Lebih Tinggi

Angkatan Laut Italia menyelamatkan pencari suaka yang melarikan diri dari negaranya dengan perahu di lepas pantai Afrika di Mediterania, 7 Juni 2014. (Foto: times.com/Massimo Sestini Polaris)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Lebih dari 1.750 imigran meninggal di Laut Mediterania sejak awal tahun ini, lebih dari 30 kali lipat angka pada periode yang sama tahun lalu, menurut laporan International Organization for Migration (IOM), Selasa (21/4).

“IOM mencatat jumlah korban tewas pada 2015 kini mencapai lebih dari 30 kali lipat angka pada periode yang sama tahun lalu, ketika hanya 56 imigran dilaporkan tewas di Mediterania,“ kata juru bicara IOM Joel Millman kepada awak media di Jenewa.

IOM khawatir, jumlah total 3.279 imigran yang tewas pada 2014 di Mediterania kemungkinan dapat dilampaui tahun ini hanya dalam hitungan beberapa pekan, "dan kemungkinan mencapai 30.000 korban tewas pada akhir tahun, berdasarkan jumlah korban tewas saat ini,” katanya.

Juru bicara UNHCR Adrian Edwards mengatakan, tragedi tenggelamnya kapal imigran di lepas pantai Libya pada Minggu (19/4) yang menewaskan 800 orang, merupakan insiden paling mematikan di Mediterania yang pernah didata UNHCR.

Edwards mengatakan pada April saja 1.300 imigran tewas, menjadikannya bulan dengan jumlah korban tertinggi.

Presiden Kongo: Penyelesaian Krisis Libya Solusi Permasalahan Imigran

Sementara itu, Presiden Kongo Denis Sassou Nguesso, Selasa (21/4) di Paris mengatakan, Eropa dan Afrika harus bekerja sama, untuk mengatasi krisis di Libya jika ingin mengekang arus imigran yang mengakibatkan ribuan orang tewas tenggelam di Laut Mediterania.

“Hampir 1.000 rakyat Afrika tenggelam di Mediterania (dalam sepekan), (kita) tidak boleh lagi berdiam diri,” kata Nguesso kepada radio Prancis Europe 1.

Ia mengatakan, rakyat Afrika menjadi pihak yang paling dirugikan dari serentetan insiden kapal karam yang telah merenggut lebih dari 1.700 korban jiwa pada tahun ini.

“Pertanyaan mendasar yang harus dibenahi adalah Libya,” kata Nguesso, sembari menambahkan bahwa krisis di negara tersebut harus ditangani dengan serius. Eropa dan Afrika harus bekerja sama untuk mengatasi konflik.

Insiden terbaru kapal karam, yang menenggelamkan sekitar 800 imigran, terjadi setelah kapal nahas tersebut berlayar dari Libya. Sepekan sebelumnya insiden serupa menewaskan 400 imigran di lepas pantai negara tersebut.

Libya dilanda konflik sejak revolusi pada 2011, yang berujung pada penggulingan dan tewasnya mantan presiden Moamer Kadhafi. Milisi dan pemerintah terlibat perebutan kekuasaan atas kekayaan minyak negara tersebut.(AFP/Ant)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home