Loading...
DUNIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 07:48 WIB | Senin, 21 April 2014

243 Masih Hilang di Kapal Feri Korsel, 59 Meninggal

Anggota keluarga penumpang yang hilang kapal feri Sewol yang tenggelam di perairan barat daya kota Korea Selatan, berkumpul di gym terdekat pada 19 April 2014 berharap melihat orang yang mereka cintai lagi. (Foto: yonhap.com)

SEOUL, SATUHARAPAN.COM - Pejabat Korea Selatan melaporkan, tim penyelamat kapal feri Sewol hingga Senin (21/4) pukul 04.00 WIB telah menemukan korban meninggal sebanyak 59 dan 243 masih dinyatakan hilang, seperti dilaporkan kantor berita Korsel Yonhap.

Dari 476 orang di dalamnya, sebanyak 174 orang telah diselamatkan namun 243 lainnya masih tetap hilang. Para pejabat percaya bahwa sebagian besar yang hilang terjebak di dalam kapal tenggelam.

Angkatan Laut dan penyelam Penjaga Pantai menyisir kompartemen penumpang kapal dan membawa keluar jasad pertama pada Sabtu malam, dan pada Minggu sore 15 lebih korban meninggal berhasil diangkat, para pejabat penanggulangan bencana di Seoul mengatakan.

Arus yang kuat dan jarak pandang bawah air yang rendah membuat lambat operasi penyelaman.

Sekitar 560 penyelam bergantian masuk dalam kapal dengan dukungan 204 kapal AL, Penjaga Pantai dan kapal nelayan/swasta serta 34 pesawat terbang menjelajahi lokasi, kata para pejabat.

Dilaporkan setelah hampir lima hari sejak tenggelamnya kapal tersebut, harapan menemukan korban selamat menjadi sangat tipis.

Puluhan keluarga korban marah dengan mengklaim pemerintah sudah melakukan kesalahan penanganan bencana dan tidak berupaya maksimal untuk menyelamatkan korban yang kemungkinan dapat selamat.

Kapal Feri Sewol seberat 6.825 ton terbalik dan tenggelam pada Rabu pagi dengan penumpang sebagian besar adalah siswa dari sekolah menengah dari kota Ansan, tepat di selatan Seoul.

Kapten kapal Feri Lee Joon-Seok sudah ditangkap dan akan menghadapi lima tuduhan, termasuk kelalaian dalam menjalankan tugas dan melanggar hukum maritim, lapor kantor berita Yonhap.

Lee Joon Seok mengatakan bahwa ia menunda evakuasi kapal karena kondisi laut dan tidak adanya kapal-kapal penyelamat.

“Saat itu kapal penyelamat belum tiba. Di sana juga tidak ada kapal nelayan atau kapal lain yang bisa membantu,” kata Lee.

“Saat itu di sana ombaknya sangat kuat dan airnya dingin.”

“Saya pikir para penumpang bisa hanyut dan terjatuh jika mereka dipaksa dievakuasi tanpa mengenakan pelampung.”

“Mereka bahkan bisa mengalami hal yang sama meski mengenakan pelampung,” katanya. (yonhap.com/AFP)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home