Loading...
EKONOMI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 12:01 WIB | Kamis, 17 Desember 2015

40 Tahun Studio One: Berkarya Melalui Fashion

Pendiri Studio One Sjamsidar Isa (kiri) dan CEO Studio One Aidar Nurmala (kanan) dalam konferensi pers Ulang Tahun ke-40 Studio One di Qubicle Center Jalan Senopati no 79 Jakarta Selatan, hari Rabu (16/12). (Foto: Diah A.R)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Keberlangsungan industri fashion tidak terlepas dari karya desainer, inovasi dan peragaan busana. Berawal dari pertemuan tiga sahabat yang memiliki latar belakang pendidikan fashion di Jerman, Studio One mulai menorehkan sejarahnya pada tahun 1975.

Studio One didirikan oleh Sjamsidar Isa atau biasa akrab dipanggil Tjammy yang memiliki latar belakang pendidikan textile design, Alm. Prayudi Admodirdjo dengan latar belakang pendidikan fashion design serta Lily Salim yang memiliki pengalaman industri garmen di Jerman.

“Studio One hadir sebagai merk pertama yang memperkenalkan baju siap pakai karya desainer di industri fashion Indonesia. Sebelum era siap pakai hadir, pembeli akan mendatangi desainer dan memesan sesuai ukuran,” kata Tjammy dalam konferensi pers ulang tahun Studi One ke-40 di Qubicle Center Jalan Senopati no 79 Jakarta Selatan, hari Rabu (16/12).

Karena memiliki keterbatasan dana untuk mengembangkan merk Studio One, akhirnya perusahaan tersebut mulai menggelar peragaan busana karya mereka sendiri. Baju yang diperagakan tersebut langsung dijual dan hasilnya digunakan untuk produksi selanjutnya.

“Lama-lama Studio One dikenal canggih sebagai organisasi yang menyiapkan suguhan show. Akhirnya di tahun 1978 kami diminta menjadi fashion coordinator di Hilton Executive Club. Mereka punya acara Lady Hilton Extravaganza. Kami bikin show disitu tapi setiap bulan kami tidak bisa menampilkan bajunya Studio One terus, kita kan musti mengangkat desainer lain. Akhirnya mulai dari situ ada bisnis baru lagi.”

Bisnis baru tersebut sejalan dengan tren yang saat itu sedang dibentuk oleh Studio One yaitu pakaian siap pakai. Studio One mulai mengangkat perusahaan-perusahaan batik seperti Danar Hadi untuk koleksi dan diperagakan di panggung.

Sejak saat itu, Studio One terkenal menjadi fashion coordinator yang sekarang lebih dikenal sebagai event organizer yang dikelola oleh Tjammy hingga ke generasi penerus yang sejak 20 tahun lalu sudah dikelola oleh putrinya, Aida Nurmala.

Sekolah Modeling

Di akhir era 1970, hampir semua pelaku industri fashion Indonesia seperti desainer, koreografer, bagian produksi pernah mengikuti kegiatan yang diselenggarakan Studio One. Secara tidak langsung, kata Tjammy, citra Studio One berubah menjadi sekolah industri fashion Indonesia.

“Untuk memantapkan peran tersebut, tahun 1981, Studio One mendirikan Modeling Institute bersama Alm. Nani Sakrie, Fay Adiwiyogo, dan model bernama Ronny Hidayat,” kata Tjammy.

Dalam sekolah tersebut, Tjammy menekankan profesionalitas dan etika kepada muridnya. “Hal prinsip di sekolah Studio One bukan semata lulus atau tidak lulus tapi yang lebih penting dari hal yang komersial dan kemampuan profesional adalah masalah etika,” kata dia.

Industri fashion memang tak lepas dari kreatifitas dan inovatif. Di tahun 1980-an, Tjammy membuat gebrakan dengan menggabungkan fashion dengan tari oleh anak-anak Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

Di ulang tahun yang ke-40 ini, Tjammy berharap Studio One lebih kreatif, inovatif dan konsisten dengan apa yang saat ini telah dilakukan.

“Saya yakin, agar dapat bertahan sepanjang masa, kita tetap berpijak pada passion dan do something for Indonesia,” kata dia.

Bisnis Terus Berkembang

Seiring perkembangan zaman, bisnis Studio One terus berkembang. Sejak diteruskan oleh Aida Nurmala, bisnis Studio One tidak hanya bergerak di bidang EO saja tapi dia menambah dua divisi baru yaitu Fashion PR dan Creative Design.

“Terciptanya divisi Fashion PR sendiri hadir untuk menjawab kebutuhan komunikasi dan promosi berbagai macam merek fashion lokal maupun internasional yang membutuhkan publikasi dan exposure melalui berbagai aktivitas seperti media relations, press gathering, VIP database management dan penanganan celebrity buzzer,” kata Aida dalam kesempatan yang sama.

Selain itu, Aida juga melahirkan produk bisnis baru yaitu digital content creator. Di bawah divisi tersebut, ada tiga  produk yaitu Visionare, Party Madness dan Moonsters yang menyediakan berbagai macam konten berupa video, foto dan artikel dari talenta-talenta kreatif Indonesia di industri fashion dan kehidupan malam (nightlife)

Dalam kesempatan tersebut, hadir Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, model senior Rima Melati dan beberapa desainer seperti Didi Budiardjo dan Denny Malik.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home