Loading...
HAM
Penulis: Reporter Satuharapan 14:07 WIB | Selasa, 22 Oktober 2019

44 Tahun Membantu Bagikan Makan Gratis di Melbourne

Frank Mullins (kanan) yang kini berusia 81 tahun, menjalani kerja sosial selama 44 tahun membagikan makan bagi warga kurang beruntung di Kota Melbourne, bergambar bersama seorang warga yang tiga tahun belakangan ini ia layani. (Foto: ABC News/Rachel Clayton)

MELBOURNE, SATUHARAPAN.COM – Frank Mullins, pekerja sosial di Kota Melbourne, Australia, kini berusia 81 tahun. Selama lebih empat dekade, setiap hari Kamis, ia menyisihkan waktunya membagi makanan gratis bagi siapa saja yang membutuhkan. Rachel Clayton dari ABC News membagikan laporannya untuk pembaca.

“Sekarang jam 7 malam! Kita seharusnya sudah jalan,” katanya ketika ditemui ABC News.

Frank Mullins sangat disiplin soal waktu. Baginya, warga yang membutuhkan makanan tidak seharusnya menunggu lama dalam udara yang dingin.

Selama 44 tahun ia bekerja sebagai relawan untuk badan amal Saint Vincent de Paul Society (Vinnies), menyiapkan dan membagikan makanan dan sup kepada warga yang sedang mengalami kesulitan.

Di antara warga yang datang ke lokasi mobil keliling badan amal itu, termasuk mereka yang berjas rapi, ibu dan anak-anaknya, pasangan muda yang hidup menggelandang, dan bahkan sahabat Frank sendiri.

Setiap hari Kamis, tanpa pernah absen, ia berangkat dari rumahnya di daerah Anglesea ke lokasi mobil makanan Vinnies di Melbourne Utara yang jaraknya lebih dari 100 km dari rumahnya.

Perjalanan itu menempuh waktu dua setengah jam, yang ia gunakan untuk tidur atau membaca buku.

Waktunya Berhenti

Aktivitas mobil Vinnies sendiri dimulai oleh dua mahasiswa di Melbourne, Anne O’Brien dan Chris Knight, pada 26 Juni 1975 - 44 tahun silam.

Tadinya mereka hanya menyajikan sup dan sandwich buatan sendiri untuk kaum pria penderita alkoholisme di salah satu kawasan kota itu.

Frank bergabung dengan kegiatan itu dan menjadi relawan atau “Vannie” dua bulan kemudian.

Kini para relawan telah melayani warga di delapan lokasi Negara Bagian Victoria, termasuk mendatangi perumahan sosial untuk warga miskin.

Mereka membawa sup, sandwich, serta kue-kue panas langsung ke rumah warga.

Tapi bagi Frank, setelah lebih dari empat dekade mengabdi sebagai Vannie, kini ia memutuskan untuk berhenti.

“Saya sudah terlalu tua. Sudah terlalu sulit bagi saya. Saya ingin berhenti di saat masih mampu memberikan sesuatu,” ujarnya kepada Rachel Clayton, jurnalis ABC News,yang juga relawan pada badan amal ini.

Frank tidak ingin usianya menjadikan ia beban bagi lembaga tersebut.

“Saya ikhlas menerima keadaan ini,” ujarnya.

Salah seorang warga bernama Patrick yang rutin menerima bantuan selama tiga tahun terakhir, telah menjadi sahabat Frank.

“Tak ada kejelekan yang bisa dikatakan mengenai Frank. Ia pria yang ramah, tidak menyakiti siapa pun,” katanya.

Kesepian Jadi Masalah Terbesar

Tidak semua warga datang semata-mata untuk mendapatkan makanan gratis. Ada pula yang datang hanya karena ingin mendapatkan teman ngobrol.

“Ada pecandu narkoba dan mereka yang ketergantungan alkohol. Tapi masalah terbesar justru orang-orang yang kesepian,” kata Frank.

Dari pengalamannya yang panjang, ia sering kali mendapati warga yang begitu senang hanya karena ditemani ngobrol selama beberapa saat.

Frank mengatakan masalah kesepian dihadapi kian banyak orang saat ini. Ia mendapati hal itu bahkan di lingkungan tempat tinggalnya sendiri.

“Saat baru pindah, tetangga saya begitu senang karena kini ada teman ngobrolnya,” ujarnya.

Meski Frank sendiri punya banyak teman, bukan berarti ia tidak pernah mengalami masa-masa sulit.

“Dulu kami pernah mendatangi sebuah rumah yang dihuni empat hingga enam anak. Mereka begitu kasar dan saya hanya bisa berpikir bagaimana orangtua mereka mengatasinya?” katanya.

Ia tak paham mengapa anak-anak muda itu berakhir di rumah sosial yang disiapkan pemerintah.

Malam itu, Frank pulang ke rumahnya sendiri mendapati tiga putranya dan merasa sangat bersyukur karena mereka tidak hidup di jalanan.

Sejak tahun lalu, Frank tidak bisa lagi membagi-bagikan makanan karena lengannya cedera.

Sejak itu, lebih banyak menjalani kerja sosialnya dengan cara memastikan warga penerima mendapatkan makanan dan minuman yang cukup.

Kian Banyak Warga yang Membutuhkan

Sekitar 30 tahun lalu, Frank giat mempromosikan kegiatan badan amal itu di berbagai wilayah sekitar Melbourne.

Seorang warga yang kehilangan anak-anak dan istrinya mendekati Frank dan menyampaikan keinginannya menjalankan mobil Vinnie di daerah bernama Footscray, yang banyak dihuni para migran.

Saat badan amal ini akan merekrut relawan untuk diterjunkan ke Footscray, puluhan orang tampak mengantre di depan Gereja Santa Monica.

Awalnya relawan ini hanya membagikan sandwich buatan sendiri yang terdiri atas keju dan selain khas Australia, vegemite, dengan tuna dan salada.

“Saat itu saya menemukan teman sekolah yang telah jadi pecandu alkohol,” tutur Frank.

Pada tahun lalu, sebanyak 256 orang Vannie di Footscray telah membagikan 62.121 makanan serta ribuan selimut, kantong tidur, perlengkapan pribadi dan perlengkapan mandi kepada mereka yang membutuhkan.

Frank mengatakan jumlah relawan mulai berkurang, padahal warga yang membutuhkan meningkat.

Pekan ini, badan amal Vinnies merayakan 30 tahun kerja sosial mereka di daerah Footscray tersebut - dan secara khusus memberikan penghargaan kepada Frank Mullins.

CEP Vinnies Negara Bagian Victoria, Sue Cattermole, menyebutkan idealnya tak perlu ada mobil makanan yang berkeliling membagi-bagikan makanan gratis. Tapi kenyataannya, kebutuhan seperti itu justru semakin besar.

“Voluntir seperti Frank Mullins merupakan batu fondasi dari pengabdian Saint Vincent de Paul Society,” ujarnya.

Frank sendiri masih akan bekerja empat kali lagi sebelum berhenti karena faktor usia.

Ia mengaku sudah cukup dengan pengabdiannya yang telah berlangsung begitu lama. “Saya sudah siap untuk berhenti. Rencananya beristirahat - yang saya rasa menyakitkan,” ujarnya. (abc.net.au)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home