Loading...
INDONESIA
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 12:26 WIB | Selasa, 21 Juni 2016

9 Kartini Kendeng Nyelameti Pak Jokowi

Sembilan Kartini Kendeng mewakili suara masyarakat Rembang mendatangi kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), pada 7 April 2016. Mereka menolak pendirian pabrik semen yang mengancam kehidupan masyarakat Rembang. (Foto: Dedy Istanto).
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Warga Pegunungan Kendeng, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah yang menolak pembangunan pabrik semen di daerah mereka, hari ini Selasa (21/6) akan Nyelameti Pak Jokowi di depan Istana Merdeka Jakarta. Tepat pada tanggal 21 Juni 2016 merupakan hari ulang tahun Presiden Joko Widodo yang ke-55.
 
Ketidakpedulian pemerintah pada suara-suara perlawanan pembangunan pabrik semen di Desa Tegaldowo dan Timbrangan, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah membuat sembilan orang perempuan turun ke depan Istana Merdeka, Kantor Presiden RI.
 
Kesembilan perempuan itu adalah Sukinah, Supini, Murtini, Surani, Kiyem, Ngatemi, Karsupi, Deni, dan Rimabarwati.
 
Sebelumnya, pada pertengahan April lalu mereka menggelar aksi di depan Istana Merdeka mengecor kaki menuntut bertemu Presiden Jokowi untuk berdialog membicarakan pabrik semen yang merusak alam dan mengancam keberlangsungan hidup para petani Pegunungan Kendeng.
 
 “Kami para petani datang dari Pegunungan Kendeng, kami hanya sebagian kecil dari bangsa Indonesia yang dengan tulus mencintai negeri ini dan mencintai pemimpin kami. Suara nurani kami telah kami amanatkan kepada Pak Joko Widodo. Kami sadar bahwa untuk mewujudkan cita-cita mulia negeri ini tidak boleh hanya menggantungkan pada para pemimpin saja. Peran rakyat sangatlah besar untuk menentukan keberhasilan atau tidaknya pembangunan suatu bangsa. Sebagai petani, kami tidak mau berpangku tangan,” kata Sukinah dalam keterangan tertulis yang diterima satuharapan.com di Jakarta, hari Selasa (21/6).
 
Menurut dia, Indonesia sebagai negara yang berbasis agraris dan maritim, dengan kesuburan tanah dan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, sudah selayaknya harus mengedepankan upaya-upaya untuk tercapainya swasembada pangan.
 
Mereka berharap semua kebijakan pembangunan, baik pusat maupun daerah, tidak meninggalkan dan berbenturan dengan cita-cita mulia Joko Widodo untuk membuat Indonesia berdaulat dalam pangan.
 
“Ketika kebijakan pemerintah sudah tidak sesuai dengan cita-cita kita bersama, maka tugas rakyat adalah mengingatkan, karena kami mencintai negeri ini dan pemimpinnya. Biarlah yang sawah tetap menjadi sawah, yang gunung tetaplah kokoh berdiri dan kekayaan sumber daya alam terkelola dengan sebaik-baiknya untuk kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.”
 
Gunretno dari Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK) menyampaikan selamatan dan doa di depan Istana Negara yang dilakukan oleh Kartini Kendeng bersama JM-PPK adalah bentuk keprihatinan sekaligus untuk mendoakan saudara setanah air yang di Jawa Tengah yang menjadi korban bencana alam longsor dan banjir.
 
 “Sebagai rakyat kami sudah sering mengingatkan Pak Jokowi baik dalam setiap pertemuan maupun aksi damai, bahwa Jawa Tengah merupakan daerah yang rentan bencana. Ketika musim kemarau mengalami kekeringan, ketika musim hujan dilanda banjir dan tanah longsor,” kata dia.
 
Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada hari Senin (20/6), warga di Jawa Tengah menjadi korban bencana banjir dan tanah longsor, total 47 orang meninggal dan 15 orang hilang. Tentu saja bencana hadir bukan karena kebetulan, namun karena alam marah ketika keseimbangan ekosistemnya dirusak manusia. Menurut dia, pertambangan menjadi salah satu faktor yang merusak ekosistem tersebut.
 
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Jawa Tengah, tanaman padi yang terkena dampak banjir seluas 11.506,5 hektar. Akibatnya, petani mengalami kerugian akibat bencana tersebut. Mereka juga belum tahu adakah jaminan dan perlindungan terhadap tanaman mereka yang rusak, bahkan sampai tanaman mereka hilang karena terseret arus banjir.
 
“Doa dan selamatan ini adalah upaya kami untuk mengingatkan Pak Jokowi agar memperhatikan risiko bencana dari tambang. Bencana alam adalah peringatan keras kepada manusia untuk segera berbenah. Berbenah dalam memperlakukan alam dengan bijak. Jangan ada lagi yang menjadi korban, mari bersama menjaga dan melestarikan alam untuk masa depan yang akan datang ”, kata Gunretno.
 
Di hari lahirnya Presiden Joko Widodo, Gunretno mengajak Presiden RI untuk lebih memperhatikan keseimbangan alam.
 
“Sugeng ambal warso (Selamat ulang tahun) Pak Joko Widodo. Mari merekonsiliasi bangsa untuk mewujudkan Nawacita bersama masyarakat dengan menjadikan Jawa Ijo Royo-royo. Mugi-mugi negeri ini diparingi keberkahan dan keselametan (Semoga negeri ini diberi keberkahan dan keselamatan),” doa Gunretno untuk Presiden Joko Widodo.
 
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum

BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home