Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 09:51 WIB | Kamis, 17 Agustus 2023

Acara Lintas Agama di Tunisia Menyerukan Toleransi

Prosesi tahunan yang dimulai pada pertengahan abad ke-19 ketika La Goulette menjadi rumah bagi puluhan ribu orang Sisilia, serta Yahudi Sephardic, Malta, Yunani, dan Spanyol. (Foto: AFP)

TUNIS, SATUHARAPAN.COM-Ratusan warga Tunisia bergabung dalam upacara lintas agama di luar ibu kota di mana khotbah disuarakan mendesak toleransi dalam menghadapi meningkatnya sentimen anti imigran.

Selama upacara Pesta Asumsi di pinggiran La Goulette, Tunis pada hari Selasa (15/8), peserta dari penganut Katolik dan Muslim berbaris di belakang patung Maria saat dibawa ke balai kota.

Di sana, uskup agung Tunis dan uskup Trapani dari Italia menyampaikan khotbah yang menyinggung politik migrasi Tunisia yang tegang.

Tradisi yang lahir pada pertengahan abad ke-19 ketika La Goulette menjadi rumah bagi orang Sisilia, Yahudi Sephardic, Malta, Yunani, dan Spanyol, dihentikan oleh pejabat Tunisia pada tahun 1964.

Itu dihidupkan kembali pada tahun 2017, dan setiap tahun sejak itu, patung Perawan Maria dibawa sedikit lebih jauh dari gereja tertua Tunisia, yang ditahbiskan pada tahun 1879.

Dalam misanya, Uskup Agung Tunis Ilario Antoniazzi, 75 tahun, mengatakan prosesi tersebut bertujuan untuk menunjukkan bagaimana La Goulette dan Tunisia dapat menawarkan model koeksistensi antara berbagai agama dan kebangsaan.

“Jangan lupa bahwa 100 tahun yang lalu, ketika Perawan Maria melakukan perjalanan dari Trapani (Sisilia) ke La Goulette, dia diterima dengan baik dan dihormati,” katanya dalam prosesi tersebut.

Menyusul kecaman anti imigran oleh Presiden Tunisia, Kais Saied, pada bulan Februari, ratusan migran telah kehilangan pekerjaan dan rumah mereka, penyerangan telah dilaporkan dan beberapa ribu orang telah dipulangkan.

Sumber lembaga kemanusiaan mengatakan setidaknya 2.000 orang sub Sahara Afrika telah diusir atau dipindahkan secara paksa oleh pasukan keamanan Tunisia ke daerah gurun yang berbatasan dengan Libya atau Aljazair.

Sejak awal Juli, setidaknya 27 migran ditemukan tewas setelah ditinggalkan di padang pasir, kata seorang sumber kepada AFP pekan lalu.

Juga berbicara di luar balai kota La Goulette, Uskup Trapani, Pietro Maria Fragnelli, mengatakan dia berharap “anak-anak dari negara kita tercinta Tunisia” akan menjadi “mampu mencintai bukannya membenci, dan bersatu bukannya memecah belah”. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home