AS Kutuk Penyerangan Gereja dan Komunitas Kristen di Pakistan
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Amerika Serikat pada hari Rabu (16/8) menyuarakan peringatan dan mendesak Pakistan untuk menyelidiki serangan massa terhadap gereja dan rumah orang Kristen menyusul desas-desus penistaan terhadap Islam.
Ratusan pria menyerang daerah yang didominasi Kristen di pinggiran kota industri timur Faisalabad pada hari Rabu, dan membakar gereja.
“Kami sangat prihatin bahwa gereja dan rumah menjadi sasaran sebagai tanggapan atas laporan penodaan (Al Quran) di Pakistan,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Vedant Patel, kepada wartawan.
Dia mengatakan bahwa sementara Amerika Serikat mendukung kebebasan berekspresi, “kekerasan atau ancaman kekerasan tidak pernah menjadi bentuk ekspresi yang dapat diterima.”
"Kami mendesak pihak berwenang Pakistan untuk melakukan penyelidikan penuh atas tuduhan ini dan menyerukan agar tenang," katanya.
Penodaan agama adalah masalah sensitif di Pakistan yang mayoritas Muslim, di mana siapa pun yang dianggap menghina Islam atau tokoh Islam dapat menghadapi hukuman mati.
Kekerasan anti Kristen adalah kerusuhan terbaru di negara terpadat kelima di dunia, di mana pada hari Senin seorang senator yang kurang dikenal, Anwaar-ul-Haq Kakar, dilantik sebagai perdana menteri sementara untuk sebelum pemilihan umum.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinker, memberikan ucapan selamat kepada Kakar dalam sebuah postingan di Twitter, yang telah diganti namanya menjadi X.
“Saat Pakistan mempersiapkan pemilu yang bebas dan adil, sesuai dengan konstitusinya dan hak kebebasan berbicara dan berkumpul, kami akan terus memajukan komitmen bersama kami untuk kemakmuran ekonomi,” kata Blinken.
Pakistan telah dilanda ketidakstabilan setelah Imran Khan, politisi paling populer di negara itu, dicopot sebagai perdana menteri dan baru-baru ini dipenjara atas tuduhan korupsi yang oleh para pendukungnya disebut sebagai upaya untuk melarang dia dari jabatannya.
Khan menuduh Amerika Serikat bekerja untuk menggulingkannya, klaim yang dibantah keras oleh Washington, yang mengatakan bahwa ada ketidaksepakatan kebijakan. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
YouTube Tambah Durasi Shorts hingga 3 Menit
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - YouTube kembali melakukan pembaruan signifikan pada layanan video pendekn...