Loading...
INDONESIA
Penulis: Eben E. Siadari 10:19 WIB | Kamis, 09 Juli 2015

AFP Sebut Mantan Pilot AirAsia dan Garuda Pendukung ISIS

Tomi Hendratno (kiri) dan Ridwan Agustin dua pilot Indonesia yang oleh kepolisian Australia disebut bersimpati pada ISIS (Foto: The Intercept)

CANBERRA, SATUHARAPAN.COM - Sebuah laporan internal pihak kepolisian Australia, Australian Federal Police (AFP),  menyebut dua pilot asal Indonesia terindikasi mendukung kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS. Hal ini mereka anggap merupakan ancaman yang serius bagi keselamatan penerbangan.

Keduanya adalah Ridwan Ahmad Al Indonesiy alias Ridwan Agustin, yang pernah bekerja sebagai pilot AirAsia. Yang lainnya adalah Tommy Abu Alfatih alias Tomi Hendratno, pernah bekerja sebagai pilot Premiair dan juga pernah bekerja sebagai penerbangan TNI dan Garuda Indonesia.

Adanya laporan ini diungkap oleh The Intercept  hari Rabu (8/7) dalam sebuah artikel panjang yang ditulis oleh Jana Winter. Artikel itu juga mengunggah salinan lengkap laporan AFP.  Dalam laporan bertanggal 18 Maret 2015 itu, AFP menyatakan bahwa pada tanggal 16 Maret 2015 mereka menerima informasi bahwa kedua pilot tersebut terindikasi mendukung ISIS terlihat dari isi akun Facebook mereka. Setelah AFP mereview akun Facebook tersebut, mereka menyimpulkan bahwa keduanya dipengaruhi oleh elemen-elemen radikal --paling tidak melalui lingkungan online-- dan sebagai hasilnya, mereka itu dapat menjadi ancaman keamanan.

"Pada 16 Maret 2015, informasi yang didapat oleh AFP mengindikasikan dua pilot Indonesia, sepertinya karyawan AirAsia dan Premiair, telah memposting di halaman Facebook mereka informasi yang mendukung ISIS.  Dua akun itu atas nama Ridwan Ahmad Al Indonesiy alias Ridwan Agustin dan Tommy Abu Alfatih alias Tomi Hendratno," demikian antara lain bunyi laporan AFP, yang salinannya dilansir oleh The Intercept.

Dari berbagai informasi pada Facebook Ridwan Agustin, AFP mengatakan sejak September 2014 tampak ada perubahan isi posting pada akun Facebook Ridwan Agustin. Ia mulai memposting materi-materi yang mengindikasikan dukungan kepada ISIS. Jejaring pertemanan online-nya pun meluas termasuk interaksinya dengan Tommy Abu Alfatih, yang me 'liked' postingan Ridwan yang berkaitan dengan ISIS.

Sumber AFP juga mengatakan Ridwan Agustin memposting sebuah komentar pada akun Facebook seseorang yang diyakini afiliasi Jamaah Islamiyah, Heri Kustyanto alias Abu Azzam Qaswarah Al Indonesy, yang kemungkinan besar sedang berada di Suriah atau Irak berjuang di pihak ISIS. Akun Facebook Kustyanto mengindikasikan afiliasinya yang kuat terhadap elemen-elemen ISIS dan kelompok teroris Indonesia lainnya. Foto-fotonya dengan senjata ditampilkan di akun Facebooknya. Akun Facebook Kustyanto juga mengindikasikan ia kemungkinan meninggalkan istrinya yang sedang hamil serta anaknya untuk pergi ke zona konflik.

The Intercept yang memuat laporan AFP, mendapati lebih dari 100 teman Facebook Agustin adalah pejuang-pejuang asing yang bergabung dengan ISIS. (Profil mereka menunjukkan foto dengan senjata, video pertempuran dan indikasi-indikasi bahwa mereka berjuang untuk ISIS).

Istri Ridwan Agustin, Diah Suci Wulandari, diduga juga adalah karyawan AirAsia. The Intercept  mengkonfirmasi hal ini kepada AirAsia dan  mendapat penjelasan dari jurubicara perusahaan penerbangan itu, Audrey Petriny.

"Mohon diketahui bahwa Ridwan Agustin dan Diah Suci Wulandari tidak lagi karyawan AirAsia Indonesia. Dengan demikian kami tidak berkomentar lebih lanjut tentang pribadi mereka," kata dia.

Ada pun Tommy Abu Alfatih alias Tomi Hendratno, berdasarkan informasi publik di Facebooknya diketahui adalah warga Bogor. Riwayat kariernya antara lain ia lulusan sekolah instruktur penerbangan TNI. Ia pernah bekerja sebagai penerbang TNI kemudian bergabung dengan Garuda Indonesia. Setelah itu ia bekerja di Akademi Penerbangan Internasional Bali, dan selanjutnya bergabung dengan Premiair.

Menurut laporan AFP, pada postingan-postingan Facebooknya, Tommy Abu Alfatih menunjukkan perspektif nasionalis yang sangat kuat, dan memposting berbagai perjalanannya ke berbagai belahan dunia. Sejak pertengahan 2014, postingannya semakin banyak yang mengindikasikan simpati kepada ekstremis. Ia, misalnya, menyebut polisi sebagai ansharu thagut (istilah ini secara luas dipergunakan para jihadis untuk menjelaskan peran polisi sebagai pembantu pemerintahan yang opresif). Ia juga menunjukkan foto --kemungkinan anaknya -- sebagai muwahid (istilah yang sering disalahgunakan jihadis untuk menggambarkan mujahidin).

Beberapa postingannya yang terbaru meliputi artikel-artikel terkait dengan ekstremis dari shoutussalam.com dan kiblat.com. Dari jejaring pertemanannya, AFP menduga Tomi masih bekerja sebagai pilot.
 
"Pilot, kru pesawat dan lainnya yang memiliki akses ke dan di dalam lingkungan penerbangan dapat menjadi ancaman nyata jika orang-orang ini mengalami radikalisasi. Akses dan pengetahuan mereka tentang keamanan dan sistem pengamanan memberi mereka kemampuan melakukan serangan sebagaimana yang terlihat pada berbagai peristiwa global sebelumnya. Diketahui bahwa edisi terbaru majalah Al Qaeda, Inspire, secara aktif mendorong dilakukannya serangan di lingkungan penerbangan," demikian salah satu kesimpulan laporan AFP.

The Intercept, yang mengutip laporan ini, meminta komentar Sidney Jones, pakar yang banyak meneliti gerakan radikal di Indonesia.

"Sangat masuk akal jika Australia sangat khawatir," kata Sidney Jones.

Menurut dia, ada indikasi peningkatan yang drastis warga Indonesia bergabung dengan ISIS beberapa bulan terakhir. Antara 1 Maret hingga 1 Juni 2015, menurut dia, 44 warga Indonesia terbunuh di Suriah dan Irak, Salah satu dari yang terbunuh itu adalah Heri Kustyanto, yang merupakan sahabat Facebook Ridwan Agustin.

Sidney Jones mengakui sebelumnya tidak pernah mendengar ada pilot Indonesia yang direkrut. Namun, dokumen yang ditunjukkan The Intercept membuat Sidney menduga ISIS sedang menyiapkan suatu kelompok profesional.

Menurut data mingguan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), sejak 3 Maret hingga 10 Maret 2015, jihadis dari Malaysia dan Indonesia telah membentuk sebuah markas di Raqqa, Suriah, yang disebut Majmu'ah al'Arkhabily, yang dipimpin oleh ISIS.

"Setelah mereka tiba di Suriah, para pria menerima pelatihan senjata dan keluarga mereka tinggal di apartemen," demikian laporan itu yang dikutip oleh berbagai media lokal.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home