Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 12:22 WIB | Rabu, 13 Januari 2016

Akibat Perang, Warga Madaya, Suriah Kelaparan

Truk yang sarat dengan makanan yang cukup untuk memberi makan bagi 40.000 orang selama satu bulan tiba di Madaya, Suriah. Bantuan pangan itu tiba malam hari pada hari Senin (11/1) 2016. ( Foto: dari WFP / un.org)

DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM – Koordinator bantuan kemanusiaan PBB di Suriah, pada hari Selasa (12/1) menggambarkan keadaan yang mengerikan tentang penderitaan warga sipil di kota Madaya, Suriah yang terkepung akibat pertang saudara hampir enam tahun di sana.

"Memang benar. Kami melihat orang-orang yang menderita malnutrisi berat, terutama anak-anak. Kami melihat orang-orang yang sangat kurus, tinggal kerangka, yang sekarang hampir tidak bisa bergerak," katanya Yacoul el Hillo, dalam telefon dari Damaskus, Suriah, kepada wartawan di markas besar PBB, New York.

"Kami melihat orang-orang yang jelas yang telah pergi akibat tanpa makanan, dan tidak dapat akses rutin untuk makanan dalam waktu yang sangat lama," kata dia. Hillo mengatakan bahwa bencana kemanusiaan secara luas terjadi di kota Madaya yang terisolasi.

Pada hari Senin (11/1), konvoi bantuan kemanusiaan mencapai kota di dekat Damaskus dalam kehidupan pedesaan yang miskinfasilitas kesehatan dan persediaan makanan. Di sana terdapat 42.000 warga yang putus asa, dan bantuan datang setelah ada laporan orang mati akibat kelaparan.

Bulan lalu, 23 korban meninggal karena kelaparan di kota itu akibat diblokade oleh rezim Suriah dan militan Hizbullah selama 200 hari.

Hillo mengatakan bahwa warga Madaya "hampir tidak lagi memiliki harapan bahwa dunia akan peduli pada nasib hidup mereka.

"Mereka mengharapkan masyarakat internasional melakukan semua yang bisa untuk mengakhiri pengepungan di manapun mereka ditemukan... Di mana-mana pengepungan digunakan sebagai taktik dalam konflik, harus dihentikan," katanya.

Kondisi hidup di kota telah memburuk pada musim dingin. Pasokan listrik telah diputus dan warga terpaksa membakar sisa-sisa rumah mereka untuk pemanas.

"Aku cukup yakin bahwa ini salah satu cara di mana pengepungan sedang digunakan sebagai taktik perang," kata Hillo. "Hal yang perlu segera dilakukan adalah mengakhiri pengepungan di mana-mana ... Semua pihak dalam konflik harus berupaya. Ini harus berhenti," kata dia.

Konflik Suriah memasuki tahun keenam pada bulan Maret ini dan telah menewaskan lebih dari 250.000 orang. Perang saudara ini mengubah negara itu menjadi sumber pengungsi dan orang terlantar terbesar di dunia, menurut PBB.

Sekitar 4,5 juta orang tinggal di tempat yang sulit menjangkau daerah-daerah di seluruh negeri akibat pengepungan oleh kekuatan bersenjata para pihak yang berkonflik. Sekitar 400.000 dari mereka berada di 15 lokasi  yang dikepung. Mereka dalam situasi sedikit atau sama sekali tidak ada akses pada pasokan kebutuhan hidup dasar, menurut angka PBB.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home