Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 13:22 WIB | Kamis, 04 Agustus 2016

Aksara Jawa Penanda Lubang di Jalan

Penanda lubang di jalan dengan aksara Jawa 'Ha' dan 'Na' pada ruas Jalan Mayor Suryotomo Yogyakarta, Rabu (3/8). (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dalam seminggu terakhir di badan jalan beberapa ruas jalan utama di wilayah Kota Yogyakarta ada tulisan aksara Jawa 'ha' dan 'na'. Tulisan aksara Jawa tersebut bisa dilihat di Jalan Mayor Suryotomo, Jalan Mataram, Jalan KH. Ahmad Dahlan, Jalan Malioboro maupun jalan utama lainnya. Menariknya, tulisan berwarna putih tersebut berdampingan dengan ballon text sewarna yang dari jauh pun bisa terlihat bahwa di tengahnya adalah jalan yang berlubang.

Salah satu pembuat penanda tersebut Pras Meuz kepada satuharapan.com Rabu (3/8) menjelaskan bahwa upaya tersebut sebagai kritik atas kondisi infrastruktur jalan di wilayah Yogyakarta yang bisa membahayakan pengguna jalan. Dengan memberikan penanda aksara Jawa 'ha' dan 'na' mengingatkan kepada pengguna jalan untuk berhati-hati mengingat lubang di badan jalan bisa mengurangi kenyamanan bahkan mengancam keselamatannya.

Pemberian penanda aksara Jawa 'ha' dan 'na' sekaligus mengingatkan kepada pemerintah setempat dalam memberikan layanan publik bagi warganya maupun pengunjung mengingat Yogyakarta terlanjur menjadi ikon kota wisata. Konsekuensinya harus mampu memberikan kenyamanan dan keamanan bagi siapapun.

Penanda lubang di jalan raya dengan menggunakan aksara Jawa merupakan rangkaian dari projek (mengenalkan kembali) aksara Jawa yang diprakarsai oleh seniman-perupa Yogyakarta diantaranya pelukis mural Samuel Indratma, Arif Nurcahyo, Ampun Sutrisno, Kuart Kuat, Yanuar Nugraha, dan Meuz Pras.

Sebelumnya pada Jumat (22/7) siang beberapa seniman-perupa Ampun Sutrisno melakukan happening art dengan body painting menggunakan aksara Jawa sebagai materi karya di pelataran Taman Budaya Yogyakarta.

Aksi bertajuk Aksara Busana ini digagas oleh beberapa seniman Yogyakarta yang prihatin dengan mulai lunturnya huruf Jawa di kalangan masyarakat. Salah satu seniman, Pras Meuz menyampaikan keprihatinan semakin ditinggalkannya penggunaan aksara 'ibu' di pulau Jawa, yang sesungguhnya mengandung nilai filosofi pendidikan budi pekerti.

Caraka Walik di Kawasan Pedestrian

Penataan kawasan pedestrian Malioboro pun tidak luput dari sentuhan seniman-perupa. Dalam dua minggu terakhir trotoar di sisi timur Jalan Malioboro dibongkar dan dipasang dengan desain baru sekaligus penggalian untuk drainase. Penataan yang dilakukan dalam waktu hampir bersamaan di sepanjang ruas jalan sepanjang 1 km selain membuat kawasan sepanjang Jalan Malioboro terkesan kumuh juga rawan terjadinya kecelakaan bagi pengguna jalan serta pejalan kaki mengingat ruas jalan yang hanya memiliki lebar dua lajur harus berbagi dengan seng penutup trotoar yang dibongkar.

Merespon hal tersebut seniman-perupa membuat selebaran putih seukuran 1 m2 dengan aksara Jawa dalam susunan-urutan terbalik dari belakang.

"Selain nyebahi (menjengkelkan), penutup seng tersebut terkesan tidak memperhatikan keselamatan pengguna jalan. (Dibuat) seadanya. Makanya kita membuat 4 desain poster Caraka Walik. Biar sedikit lebih estetis dan enak dipandang. Selain itu ketika pengunjung/wisatawan lewat dan baca poster Caraka Walik, semoga itu bisa menjadi matra tolak balak agar tetap selamat saat melintasi ruas jalan tersebut," kata Meuz.

Begitulah cara seniman di Yogyakarta mencintai kotanya: sederhana, edukatif, kreatif, lucu, dan tidak jarang menohok langsung pada pokok permasalahan.

Ha na jeglongan, dab... hati-hati !!!

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home