Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 09:06 WIB | Sabtu, 30 Januari 2021

Alasan Keamanan, Inggris Tolak Publikasikan Kontrak Vaksin COVID-19

Kantor perusahaan farmasi dan biofarmasi multinasional Inggris-Swedia, AstraZeneca PLC di Macclesfield, Cheshire. (Foto: dok. AFP)

LONDON, SATUHARAPAN.COM-Inggris tidak dapat mempublikasikan rincian kontrak pasokan vaksin AstraZeneca COVID-19, karena hal itu akan membahayakan keamanan nasional, kata seorang menteri junior pada hari Jumat (29/1), ketika Uni Eropa mengancam perusahaan obat atas penundaan pasokan.

Perjuangan Eropa untuk mendapatkan vaksin semakin intensif pada hari Kamis (28/1) ketika UE memperingatkan perusahaan obat bahwa mereka akan menggunakan semua cara legal atau bahkan memblokir ekspor, kecuali mereka setuju untuk mengirimkan vaksin seperti yang dijanjikan.

Namun Skotlandia akan mempublikasikan data rinci pasokan vaksin COVID-19 pekan depan meskipun pemerintah Inggris menolak untuk melakukannya.

Menteri Penjara Inggris, Lucy Frazer, mengatakan pemerintah telah transparan dengan data, tetapi tidak dapat mempublikasikan rincian pasokan untuk alasan keamanan nasional yang berulang kali dia tolak untuk menyebutkannya.

“Pemahaman saya apakah itu membahayakan keamanan nasional,” kata Frazer, mantan pengacara, mengatakan kepada radio LBC, ketika ditanya mengapa data tersebut belum dipublikasikan. Dia menolak mengatakan bagaimana publikasi data semacam itu dapat merusak keamanan nasional.

Upaya vaksinasi massal tercepat dalam sejarah memicu ketegangan di seluruh dunia karena negara-negara besar membeli dosis dalam jumlah besar dan negara-negara miskin mencoba ”berjalan di ladang ranjau” finansial dan diplomatik untuk mengumpulkan pasokan apa pun yang tersisa.

Israel sejauh ini merupakan pemimpin dunia dalam peluncuran vaksin per orang dalam populasinya, diikuti oleh Uni Emirat Arab, Inggris, Bahrain dan Amerika Serikat. Di belakang mereka ada Italia, Jerman, Prancis, China, dan Rusia.

Inggris telah mengamankan 367 juta dosis dari tujuh vaksin paling menjanjikan, termasuk 100 juta dosis vaksin AstraZeneca yang dikembangkan oleh Universitas Oxford.

Kontrak UE dengan AstraZeneca untuk vaksin COVID-19-nya berisi perintah yang mengikat, Kepala Komisi UE, Ursula von der Leyen, mengatakan pada hari Jumat (29/1), menuntut penjelasan yang masuk akal dari pembuat obat untuk penundaan pengiriman.

"Saya pikir kami hanya akan kembali menerbitkan angka pasokan sebenarnya pekan depan, sehingga kita semua memiliki transparansi seputar itu," kata Sturgeon kepada parlemen Skotlandia pada hari Kamis. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home