Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 09:11 WIB | Kamis, 08 Oktober 2015

Apindo Usulkan Kenaikan Cukai Hasil Tembakau 7 Persen

Ketua Umum Apindo, Hariyadi B Sukamdani (tengah) saat konferensi pers di Hotel JS Luwansa, Jakarta, hari Senin (21/9). (Foto: Melki Pangaribuan)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Hariyadi B. Sukamdani mengusulkan kenaikan penerimaan cukai hasil tembakau yang realistis hanya sekitar tujuh persen.

Menurut Hariyadi, kenaikan cukai yang begitu tinggi bagi sektor tembakau akan berakibat kontra produktif dan akan menimbulkan ekses negatif.

“Tapi kalau menurut pandangan kami, yang realistis itu kenaikan itu hanya tujuh persen sebetulnya, yaitu menjadi 129 triliun. Nah ini yang pemerintah mencoba untuk menekan sektor ini dengan menaikkan cukai, yang menurut pandang kami justru akan kontra produktif dan malah akan menimbulkan ekses negatif,” kata Hariyadi usai mengikuti Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan komisi XI DPR RI, di Kompleks Parlemen, Jakarta, hari Rabu (7/10).

“Ekses negatifnya itu antara lain adalah terjadi peredaran rokok ilegal, lalu juga akan ada pemalsuan pita cukai, dan pada akhirnya pemerintah akan kehilangan lapangan kerja. Nah ini yang kita harapkan tidak terjadi,” kata dia menambahkan.

Sebelumnya, dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016, pemerintah mengusulkan penerimaan cukai hasil tembakau naik 23 persen menjadi Rp 148,85 triliun dari 120,6 triliun tahun 2015. Namun oleh sejumlah pengusaha dan petani tembakau menolak kenaikan tersebut.

Penolakan itu disampaikan para perwakilan Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI) dan Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) dalam RDPU dengan Komisi XI DPR RI kemarin.

Hariyadi mengatakan, target cukai yang yang diusulkan pemerintah untuk penerimaan cukai hasil tembakau yang naik 23 persen menjadi Rp 148,85 triliun itu sangat tinggi dibebankan kepada industri tembakau. Oleh karena itu dia mengusulkan kenaikan cukai untuk diturunkan sekitar tujuh persen.

“Cukai itu problemnya adalah bahwa beban yang diberikan kepada industri hasil tembakau ini sangat-sangat tinggi. Jadi dari semula 120,6 triliun tahun 2015 itu ditargetkan menjadi totalnya itu hampir 148 triliun. Nah yang kami dengar adalah itu sudah mulai dibahas untuk diturunkan,” kata dia.

Kami memang cukup keras mengingatkan ini, kata Hariyadi, karena kami melihat dalam menyusun anggaran ini kelihatannya teman-teman di Kementerian Keuangan agak terlalu eksesif karena memandang mungkin industri ini lawannya banyak. “Jadi diberikan beban yang tinggi. Mereka lupa bahwa industri ini terkait dengan semua sektor.”

“Kami sebagai APINDO merasa sangat berkepentingan karena ini adalah industri yang komponen lokalnya paling tinggi, hampir semua kontennya, cengkeh, tembakaunya dari dalam negeri. Ini yang kita pertahankan, jangan kenaikan cukainya seperti itu,” katanya.

Kemudian Hariyadi menilai bahwa masalah cukai untuk sektor tembakau dan cengkeh tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan. Menurut dia, dengan kenaikan cukai terlalu tinggi justru pihak pemerintah ingin mengambil untung banyak dengan menekan industri tembakau dan cengkeh.

“Menurut kami adalah masalah cukai ini tidak ada kaitannya dengan kesehatan. Ini masalahnya pemerintah memang mau ambil banyak saja, bukan soal isu kesehatan lagi tetapi sebenarnya pemerintah terlalu berlebihan untuk menekan industri ini,” kata ketua umum Apindo itu.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home