Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 20:20 WIB | Selasa, 14 Mei 2013

Aquaponik, Bertani Hemat Air di Gurun Pasir

Jabber Al-MAzroui di kebun aquaponiknya. (Foto dw.de)

ABU DHABI, SATUHARAPAN.COM – Uni Emirat Arab saat ini mengimpor hampir 90 persen bahan makanan untuk kebutuhan mereka. Namun demikian ada seorang petani yang mengembangkan teknik bertani aquaponik yang mungkin menawarkan sumber makanan baru dan sekaligus ramah lingkungan bagi daerah gurun tersebut.

Tidak ada bahan kimia, tidak ada pembuahan buatan, dan Anda menggunakan kembali untuk pertanian dan perikanan, kata Jean Yves Mervel, seorang profesor akuakultur di Al Ain University di Uni Emirat Arab dan ahli solusi pertanian di daerah gurun. Dia mengatakan dampak aquaponik terhadap lingkungan sangat minim, seperti diberitakan situs  Deutsche Welle,  Senin (13/5).

Pertanian aquaponik di Uni Emirat Arab adalah Jabber Al Mazroui, pengusaha  berumur 55 tahun. Pertaniannya boleh dikatakan cukup besar  yang mencakup lahan 4.000 meter persegi.

Metode pertanian baru ini menggunakan air  yang dimanfaatkan untuk pengembangkan ikan, sekaligus menyediakan irigasi dan nutrisi untuk berbagai macam tanaman. Proses ini menghemat banyak air,  sehingga sangat relevan dikembangkan di daerah kering seperti Uni Emirat Arab.

Oasis buatannya terletak di gurun, di pinggir  jalan yang tenang,  sekitar 20 menit perjalanan dengan kendaraan dari pusat kota Abu Dhabi.  Al Mazroui mengembangkan lahan itu baru setahun lalu tetapi sudah mulai menuai hasilnya.

Hasil pertanian yang dihasilkan antara lain brokoli, selada, terong, kubis, mentimun, tomat, dan semangka. Sedangkan pepaya masih dalam eksperimen.

Sekitar 1.200 selada kepala (selada kol) dihasilkan per hari dan untuk tomat antara 180-220 kilogram per hari.

Sayuran dijual di supermarket besar di sepanjang Abu Dhabi dan beberapa restoran bintang lima mendatangi Al Mazroui untuk membeli produk aquaponiknya. Semua tanamannya subur, alami dan bebas pestisida.

Yang membuat sistem ini menjadi lebih luar biasa adalah sistemnya yang sepenuhnya mandiri. Setelah air menjadi terlalu kotor untuk ikan, lalu dialirkan untuk tanaman dan merupakan rotasi pemanfaatan air. Tanaman bertindak sebagai filter alami untuk air, sementara pada saat yang sama mengeluarkan nutrisi yang mereka butuhkan. Pada akhir semua itu, air bersih bergerak kembali ke tangki ikan untuk melengkapi siklus (perputaran) tersebut.

Jabber Al Mazroui  pria yang pendidikannya hanya sampai kelas tujuh (setingkat kelas satu SMP), tetapi dia mau belajar mandiri dan belajar banyak hal, sehingga mampu menciptakan metode pertanian baru. Metode pertanian yang dikembangkannya dimulai dengan penolakannya pada pertanian yang menggunakan bahan kimiawi. Penemuan metode pertaniannya luar biasa dan membuat Jabber Al Mazroui dipanggil Doktor ketika di universitas. Walau bukan seorang ahli pertanian, pertanian aquaponiknya  didukung para ilmuwan.

Di berbagai negara, sistem aquaponik dikembangkan lebih  sebagai hobi, bukan industri pertanian. Metode aquaponik dapat digunakan di mana saja di dunia terutama di gurun, di daerah yang paling kekurangan air, dan air digunakan kembali. Ikan dan tanaman dihasilkan bersama-sama.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home