Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 09:06 WIB | Rabu, 29 Desember 2021

AS Serukan Lagi Embargo Senjata ke Myanmar

Ini terkait pelanggaran HAM dan serangan militer pada warga Myanmar.
Foto udara yang diambil pada 29 Oktober 2021 ini menunjukkan asap dan api dari Thantlang, di Negara Bagian Chin, di mana lebih dari 160 bangunan telah hancur akibat tembakan dari pasukan militer Junta, menurut media setempat. (Foto: dok. AFP)

WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Amerika Serikat kembali menyerukan embargo senjata terhadap junta militer Myanmar setelah pembantaian pada malam Natal di mana Save the Children mengatakan dua staf kelompok itu tewas.

“Penargetan orang tak bersalah dan aktor kemanusiaan tidak dapat diterima, dan kekejaman militer yang meluas terhadap rakyat Burma menggarisbawahi pentingnya meminta pertanggungjawaban anggotanya,” kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, hari Selasa (28/12). Dia menggunakan nama lama Myanmar.

“Masyarakat internasional harus berbuat lebih banyak untuk memajukan tujuan ini dan mencegah terulangnya kekejaman di Burma, termasuk dengan mengakhiri penjualan senjata dan teknologi untuk penggunaan ganda kepada militer,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Pejuang anti junta mengatakan mereka menemukan lebih dari 30 mayat terbakar, termasuk perempuan dan anak-anak, di jalan raya di negara bagian Kayah di mana pemberontak pro demokrasi memerangi militer.

Save the Children pada hari Selasa mengkonfirmasi kematian dua pekerjanya yang terperangkap dalam insiden tersebut.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta pada bulan Februari terhadap pemerintah terpilih, dengan lebih dari 1.300 orang tewas dalam tindakan keras oleh pasukan keamanan, menurut kelompok pemantau lokal.

AS telah menjatuhkan serangkaian sanksi pada para pemimpin kudeta dan seperti negara-negara Barat lainnya telah lama membatasi senjata untuk militer Myanmar, yang selama transisi demokrasi pra kudeta menghadapi tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan untuk kampanye brutal terhadap minoritas Rohingya.

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada bulan Juni menyerukan untuk mencegah pengiriman senjata ke Myanmar, tetapi tindakan itu simbolis karena tidak diambil oleh Dewan Keamanan yang lebih kuat.

China dan Rusia, yang memegang hak veto di Dewan Keamanan, serta negara tetangga India adalah pemasok senjata utama ke Myanmar. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home