Loading...
BUDAYA
Penulis: Sotyati 15:05 WIB | Senin, 18 November 2013

Atilah Soeryadjaya Pimpin Delegasi Indonesia ke FACP 2013

Atilah Soeryadjaya (kanan) dalam FACP 2012 di Solo. (Foto: demotix.com)

CHIANG MAI, SATUHARAPAN.COM – Atilah Soeryadjaya memimpin delegasi Indonesia menghadiri forum internasional konferensi ke-31 Federation of Asian Cultural Promotion (FACP) yang berlangsung di Chiang Mai, Thailand, 15 – 18 November ini. Konferensi tahunan itu diikuti berbagai perwakilan negara di Asia, termasuk perwakilan pengamat dan pemerhati budaya Asia dari Australia, Inggris, dan Amerika Serikat.

Tema dari Konferensi ke -31 FACP tahun ini adalah "Performing Arts, Media, and Tourism". Perwakilan Indonesia berkesempatan menampilkan dua tarian. Sebagai pimpinan delegasi, Atilah masih mengedepankan misi membawa estetika pertunjukan tradisi dalam format yang lebih modern. "Cita-cita saya adalah untuk memperkaya khasanah pertunjukan tari Indonesia dan menunjukkannya kepada masyarakat dunia. Cita-cita itu bisa diwujudkan salah satunya dengan cara terlibat aktif dengan organisasi seperti FACP ini," demikian disampaikan Atilah Soeryadjaya di sela-sela jadwal konferensi.

Dua kreasi tari yang disajikan delegasi Indonesia adalah Topeng Kelana Sekartaji serta Alam dan Cinta. Tari Topeng Kelana Sekartaji adalah garapan baru dari format klasik Panji Sekartaji. Pada umumnya Kisah Panji digarap dari tokoh Panji dan Sekartaji. Dalam format baru itu, Atilah mengangkat tokoh Kelana dan Sekartaji sebagai tokoh sentral. Fajar Satriadi dan Wirastuti Susilaningtyas (Tutut) berperan sebagai Kelana dan Sekartaji. Luluk Ari Prasetyo akan untuk Tari Alam dan Cinta.

Tahun lalu, pada saat Kota Solo mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah konferensi FACP, Atilah dan timnya menampilkan pertunjukan Matah Ati di Pura Mangkunegaran, sebagai puncak rangkaian acara konferensi.

 

Tidak Asing

Atilah adalah Governor FACP mewakili Indonesia. Namanya tidak asing lagi di kalangan yang berkecimpung dalam dunia seni dan budaya.

Ia melahirkan karya sendratari Matah Ati yang meraih kesuksesan ketika dipentaskan di panggung utama Esplanade, Singapura. Karya itu kemudian meraih kesusksesan yang sama ketika dipentaskan di Jakarta (Teater Jakarta), dan di Solo (halaman Pura Mangkunegaran).

Tahun lalu, cucu Mangkunegoro VII dari Kraton Mangkunegaran itu melahirkan karya Ariah, yang dipentaskan di Lapangan Monas, untuk memeriahkan ulang tahun Kota Jakarta.

Kontribusi pada kesenian dan kebudayaan bukan hanya ditunjukkan Atilah dengan melahirkan karya seperti Matah Ati dan Ariah. Ia, yang juga sibuk terlibat dalam Mitra Wayang Bharata itu, terlibat aktif dalam usaha mengembangkan performa berbagai jenis kebudayaan Asia ke seluruh dunia.

 

 

 

 

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home