Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yahya Tirta Prewita 06:46 WIB | Rabu, 26 Juni 2013

Belajar Memeluk Penderitaan

foto: www.seniorweb.nl

SATUHARAPAN.COM – Aku baru saja usai hemodialisis. Tiga bulan menjalani terapi hemodialisis ini membuatku cukup mengenal satu persatu pasien yang sekelompok denganku. Pernah ada kanak-anak, remaja, dan mahasiswa. Salah apa mereka sehingga di usia sedemikian muda juga butuh terapi hemodialisis?

Apakah para pasien ini, juga diriku, dosanya jauh lebih besar ketimbang yang sehat? Jawabannya tentu TIDAK, dan harus tegas ditulis dengan huruf besar dan tebal. Aku mendapati betapa penderitaan mereka yang tidak bersalah merupakan suatu skandal, batu sandungan yang gawat, bagi orang yang mau percaya kepada Allah.

Seorang kawan saat menengokku dengan kreatif bilang bahwa sakitku adalah tes untuk menguji bagaimana sebenarnya kualitas hidup dan imanku. Katakanlah sebagai pendeta selama ini sering berkhotbah, nah sekarang diberi kesempatan untuk membuktikan. Bila sudah terbukti lulus, nanti akan naik kelas.

Aku jadi ingat Leibniz, filsuf yang menyimpulkan bahwa dunia yang terbaik, realitas dunia di mana kita hidup di dalamnya, tidak meniadakan penderitaan. Ya, kita semua merasa pahit karena penderitaan. Tetapi, kepahitan bukan penyebab untuk menyerah kalah dan diam, seakan memang harus dijalani begitu saja sebagai suratan kehidupan. Protes Ayub begitu keras, dengan segenap keberanian ia menantang, ia menuntut keadilan kepada Allah, sekaligus menandai harapan dan kepercayaannya bahwa Allah adalah adil. Karena bila Allah tidak adil, buat apa Ayub protes?

Aku merasa diri paham prinsip berserah, sesudah semua usaha dilakukan dengan sekuat tenaga, penyerahan akan menyempurnakan. Dalam berserah itu terdapat makna hidup sebagai manusia terbatas. Dan Allah yang menyempurnakan keterbatasan itu.

Gambar Bunda Teresa yang memeluk anak kecil kurus mengilhamiku untuk sedia juga memeluk dan menerima penderitaan. Saat kita telah berdamai dengan diri yang sakit, tak lagi dirundung kesedihan atau penolakan atas celaka yang tiada kita ingini, diri bahkan serasa dibebaskan terbang bak rajawali.

 

email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home