Loading...
DUNIA
Penulis: Bayu Probo 11:55 WIB | Rabu, 08 Oktober 2014

Bentrokan Kurdi-NIIS di Kobane, Suriah, 400 Jadi Korban

Pasukan Turki mencoba menghalau arus pengungsi Suriah masuk Turki. (Foto : AP/bbc.com)

ANKARA, SATUHARAPAN.COM – Lebih dari 400 orang tewas dalam tiga pekan pertempuran antara kelompok garis keras Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) dan pasukan Kurdi untuk mempertahankan kota Suriah, Kobane, kata pemantau, Selasa (7/10).

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengatakan sedikitnya 412 orang, termasuk 219 pejuang jihad IS, 173 petempur Kurdi dan pasukan afiliasi, serta 20 warga sipil telah tewas sejak 16 September.

Kelompok itu mengatakan, mereka yakin jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi, tetapi sulit untuk mendokumentasikan kematian dalam bentrokan karena kerahasiaan oleh para pejuang dan tidak dapat diaksesnya banyak daerah.

Pelaku jihad IS mulai maju ke arah Kobane tiga pekan lalu, dengan cepat merebut desa-desa di sekitar kota, yang juga dikenal sebagai Ain al-Arab.

Pertempuran itu telah memicu pengungsian besar-besaran warga setempat, dengan sekitar 186.000 melarikan diri melintasi perbatasan ke Turki.

Iran Kecam Sikap Pasif Dunia terhadap Kobane Suriah

Iran Selasa mengecam "sikap pasif masyarakat internasional" mengenai kota perbatasan Suriah terkepung Kobane dan mengatakan dunia harus membantu Presiden Bashar al-Assad dalam menghadapi "teroris".

Komentar oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Marzieh Afkhan, itu muncul tak lama setelah presiden Turki mengatakan Kobane berada di ambang jatuh ke tangan gerilyawan garis keras yang berjuang untuk kelompok Negara Islam (IS).

Ada "kebutuhan untuk mendukung perjuangan Pemerintah Suriah terhadap teroris," katanya, menurut kantor berita resmi IRNA.

Afkhan memperingatkan bencana kemanusiaan di Kobane dan mengatakan Iran mengirimkan bantuan untuk mencoba meringankan situasi "mengerikan" bagi orang-orang di sana.

Tetapi sambutannya menggarisbawahi jurang antara Iran dan Barat atas Suriah - Teheran mendukung Bashar, sementara Amerika Serikat dan kekuatan dunia lainnya menuntut perubahan rezim di Damaskus.

Dalam menghadapi serangan IS di Kobane, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan operasi darat di sana untuk membantu pasukan Kurdi mengalahkan para pejuang.

Tetapi situasi dibuat lebih rumit oleh oposisi Erdogan terhadap Rezim Bashar; Turki telah mendukung kelompok pemberontak dalam melawan pemimpin Suriah itu dan mendesak lebih lanjut bagi mereka yang menentang pemerintahannya.

"Bulan telah berlalu tetapi tidak ada hasil yang telah dicapai. Kobane akan jatuh," kata Erdogan kepada khalayak terutama terdiri para pengungsi Suriah di kota timur Gaziantep, Selasa.

"Saya mengatakan kepada Barat - menjatuhkan bom dari udara tidak akan memberikan solusi," ia menambahkan, disambut sorak-sorai massa.

Parlemen Turki pekan lalu memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk melakukan tindakan militer terhadap IS, tetapi belum ada rencana untuk melakukan operasi semacam itu.

AS Khawatirkan Kondisi Warga Sipil di Kobane

Amerika Serikat mengungkapkan pada Selasa pihaknya “sangat prihatin” dengan nasib warga sipil kota Kobane di perbatasan Suriah, setelah Turki memperingatkan serangan udara tidak cukup untuk membendung jihadis.

Serangan di Kobane yang dilakukan kelompok Islamic State (ISIS), disusul dengan tiga pekan pengepungan menyebabkan 190.000 pengungsi melarikan diri ke Turki -- dan meskipun koalisi pimpinan AS terus melancarkan serangan udara, kota tersebut berada di jurang kejatuhan.

Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan kepada wartawan di Air Force One bahwa Washington “sangat khawatir” dengan keamanan warga sipil yang tak berdosa di kota itu.

“Sekali lagi, kita melihat organisasi ekstremis ini, mengatasnamakan agama Islam yang damai, melakukan tindak kekerasan brutal terhadap agama dan suku minoritas.”

“Kami sangat prihatin akan hal tersebut.”

Earnest mengatakan serangan udara koalisi di sekitar Kobane semalam berhasil menghancurkan beberapa kendaraan ISIS dan sebuah baterai artileri antipesawat.

Namun, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan bahwa serangan udara saja tidak akan bisa menghentikan gerakan ISIS, yang sudah menewaskan ratusan orang di kota itu. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home