Loading...
INSPIRASI
Penulis: Daniel Herry Iswanto 01:00 WIB | Selasa, 10 Februari 2015

Berguru kepada Om Mbing

Belajar dari leluhurnya, Om Mbing, seorang petani dan pengusaha warung makan, berupaya mengembangkan ekonomi kreatif.
Sawi Pahit (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Sawi pahit (Brassica juncea) atau yang dikenal juga dengan nama sawi hijau, sawi jabung, sawi daging, atau Chinese Mustard memiliki nutrisi tinggi, seperti: serat, vitamin B1, B2, B6, C, E, serta klorofil, karoten, dan mangan. Persoalannya, bagi sebagian orang rasa pahit menjadi kendala dalam menikmati sayur segar nan renyah ini. Persoalan lain bagi petani, pada musim panen raya—saat sawi pahit melimpahharganya menjadi sangat murah.

Petani Rusia mengubah sawi pahit yang murah itu menjadi minyak nabati mahal melalui proses penyulingan. Sementara petani di Tiongkok, sawi segar—yang dalam jumlah besar bila tidak segera dikonsumsi cepat membusukdiubah menjadi sawi asin yang lebih tahan lama.

Belajar dari leluhurnya, Om Mbing, seorang petani dan pengusaha warung makan, berupaya mengembangkan ekonomi kreatif, dengan cara mengubah sawi pahit menjadi sawi asin, yang bernilai ekonomi tinggi, tanpa mengurangi kandungan nutrisinya.

Beberapa hal positif yang bisa dipelajari dari kiat Om Mbing adalah pertama, awet alami tanpa pengawet, melalui proses fermentasi. Sawi pahit yang mudah busuk, diubah menjadi sawi asin yang tahan berbulan-bulan, bahkan dengan sistem penyimpanan yang baik bisa tahan tahunan. 

Kedua, sayur sawi hijau yang melimpah di masa panen, dengan harga Rp 3.000,-/kg atau Rp 200,-/ikat, jika dijadikan sawi asin, harganya menjadi berlipat hingga Rp 35.000-Rp 50.000/kg atau Rp 2.500-Rp 3.500,-/ikat (bungkus). 

Ketiga, dari rasa pahit sawi hijau yang kurang disukai, bisa diubah rasanya menjadi sawi asin-manis yang disukai keluarga.  

Keempat, dari keterbatasan kuliner: oseng-oseng dan lalapan sawi pahit, bisa dikembangkan menjadi menu kuliner, seperti: oseng-oseng sawi asin-asam-manis, bakut sayur asin, sop kepala ikan kakap sawi asin-asam-manis, sop ayam sawi asin-asam-manis, sop tulang iga sapi/kambing sawi asin-asam-manis. 

Kelima, dengan menu itu, petani dapat memasarkan hasil pertanian, mulai dari bahan mentah, hingga masakan berbahan sawi asin-asam-manis.

Dengan cara demikian, petani bisa berharap menjadi makin sejahtera. Pertanyaannya, siapa yang mau mengikuti jejak Om Mbing?

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home