Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 23:21 WIB | Rabu, 18 Maret 2015

BI Menilai Pelemahan Rupiah Saat Ini Sudah Berlebihan

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara saat hadir sebagai pemateri di Gedung Kementerian Koordinator Perekonomian beberapa waktu lalu. (Foto: Prasasta Widiadi).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Depresiasi (pelemahan atau penurunan) nilai tukar rupiah saat ini sudah berlebihan di bawah level fundamentalnya (under value) karena ditekan sentimen eksternal dan internal.

"Kalau ditanya apakah pelemahannya sudah under value, memang iya. Mata uang kita melemahnya sebenarnya sudah berlebihan juga," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara saat diskusi di Jakarta, Rabu (18/3).

Mirza membandingkan situasi saat ini dengan 1998, kala itu rupiah melemah terhadap semua mata uang, maka kini dolar  AS menguat terhadap hampir semua mata uang negara-negara di dunia.

Di samping akibat menguatnya ekonomi AS, pelemahan rupiah juga disebabkan faktor fundamental Indonesia sendiri di mana permintaan terhadap dolar AS melebihi suplai.

Mirza menjelaskan, faktor eksternal yang membuat rupiah terdepresiasi adalah rencana kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika The Fed tahun ini.

Stimulus moneter sebesar 20 persen dari PDB Amerika atau 3,8 triliun dolar AS akan ditarik perlahan oleh bank sentral AS itu dengan menaikkan suku bunga.

"Saat ini suku bunganya 0,25 persen. Dalam tiga tahun ke depan akan naik 2,5-3 persen, sementara itu suku bunga Eropa negatif, Jepang hanya nol koma sekian, Tiongkok juga turun. AS ekonominya meningkat sendiri," kata Mirza. (Ant)

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home