Loading...
INDONESIA
Penulis: Reporter Satuharapan 19:40 WIB | Rabu, 11 September 2019

BJ Habibie Tutup Usia

Presiden ke-3 RI Prof Dr Ing BJ Habibie ketika menyampaikan pesan untuk menghindari tindakan mempertajam polarisasi, sebagaimana diunggah oleh The Habibie Center di YouTube, 19 Mei 2019. (Foto: setkab.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, Presiden ketiga Republik Indonesia, meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, Rabu (11/9) pukul 18.05, dalam usia  83 tahun, setelah menjalani perawatan.

Berita meninggalnya Presiden RI yang menjabat 1998 – 1999 itu, disampaikan putra keduanya, Thareq Kemal Habibie, yang menungguinya hingga akhir hayatnya. “Tim dokter sudah berbuat yang terbaik. Tidak ada yang bisa dibuat apa-apa lagi. Mohon doanya, mohon dukacitanya, kami berterima kasih, mohon pengertian bahwa kami dalam keadaan berkabung,” kata Thareq, seperti dikutip dari detik.com.

Bapak Teknologi Indonesia

BJ Habibie, seperti dikemukakan Presiden Joko Widodo, adalah ilmuwan kelas dunia yang dimiliki Indonesia, dan diakui sebagai Bapak Teknologi Indonesia.

Mengutip dari Wikipedia, BJ Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman. Ia menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi Pesawat Komersial/Pesawat Militer di perusahaan tersebut pada 1969-1973.

Ia kembali ke Indonesia pada tahun 1973, atas permintaan Presiden Soeharto, yang berkuasa saat itu.

Habibie menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Gebrakan B J Habibie saat menjabat Menristek diawalinya dengan keinginan untuk mengimplementasikan “Visi Indonesia”. Menurut Habibie, lompatan-lompatan Indonesia dalam “Visi Indonesia” bertumpu pada riset dan teknologi, khususnya pula dalam industri strategis yang dikelola oleh PT IPTN, Pindad, dan PT PAL. Targetnya, Indonesia sebagai negara agraris dapat melompat langsung menjadi negara industri dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ketika menjabat sebagai Menristek, ia juga terpilih sebagai Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang pertama. Habibie terpilih secara aklamasi menjadi Ketua ICMI pada tanggal 7 Desember 1990.

Pada tahun 1998, ia diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999), setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden ke-7, yang ia jabat sejak 14 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998 dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto. Pelantikan sebagai presiden dilangsungkan pada tanggal 21 Mei 1998.

Beberapa jabatan yang pernah ia sandang sebelumnya adalah Direktur Utama PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad), Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Ketua Dewan Pembina Industri Strategis (BPIS), Ketua Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS), Ketua Dewan Riset Nasional (1999), Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam.

Habibie mewarisi kondisi keadaan negara kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto pada masa Orde Baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia. Segera setelah memperoleh kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet.

Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Ia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home