Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 06:45 WIB | Jumat, 21 Agustus 2020

BMKG Selenggarakan Sekolah Lapangan Iklim Operasional di Gunung Kidul

Sekolah Lapangan Iklim (SLI) Operasional diselenggarakan BMKG di Gunung Kidul, Yogyakarta. (Foto: BMKG.)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kembali melaksanakan Sekolah Lapang Iklim (SLI) Operasional yang kali ini di Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, hari Rabu (19/8).

SLI Operasional sebelumnya diselenggarakan di Temanggung, Jawa Tengah serta beberapa lokasi lain di Indonesia. Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, pemahaman informasi iklim dan cuaca bagi petani akan menjadi faktor penting untuk menjaga stabilitas produksi pertanian.

"Dengan memahami informasi cuaca dan iklim, bapak ibu dapat memutuskan kapan harus mulai tanam. Kalau kita tahu sepekan lagi sudah masuk hujan kita bisa memutuskan. Kalau kita tahu ini masih musim kering, kita juga bisa memutuskan, apakah saya harus menanam di musim kering. Atau jika memang ingin menanam apa yang harus ditanam," kata Dwikorita saat membuka kegiatan SLI Operasional.

Peserta adalah petugas penyuluh pertanian lapangan (PPL), petugas pengendali organisme pengganggu tumbuhan (POPT), petani, serta bintara pembina desa (Babinsa) TNI AD. Digunakan juga mobile apps infoBMKG dan media sosial BMKG guna memperoleh informasi cuaca dan iklim secara realtime dan kontinyu.

Sukses di Temanggung

Kepala BMKG mencontohkan kesuksesan pemahaman dan pemanfaatan informasi cuaca iklim oleh petani bawang merah di Temanggung. Dengan panduan dari petugas BMKG, petani menyesuaikan waktu tanam sehingga panen mundur satu bulan. Alhasil, ini membuahkan keuntungan bagi petani bawang di Temanggung.

"Keuntungannya apa? Saat mereka panen, pesaingnya sudah tidak ada. Di tempat-tempat lain baik di Temanggung, Brebes, ataupun kabupaten di sekitarnya stok bawang merah sudah habis. Jadi petani yang baru panen di Temanggung ini akhirnya memperoleh harga lebih tinggi dari yang biasanya Rp 13.000 sampai Rp 14.000 harganya menjadi Rp 22.000 hingga Rp 23.000 per kilogram. Bahkan mereka bisa mengupah buruh tani sebesar Rp 100.000 per hari. Tentu ini sangat dirasakan manfaatnya, terlebih di saat kondisi pandemi seperti ini," katanya dilansir situs badan itu.

Dwikorita mengajak seluruh pihak terkait untuk bersama-sama memahami cuaca dan iklim melalui berbagai cara. Dia pun berharap kegiatan ini nantinya berlangsung secara rutin dan merata di seluruh wilayah Indonesia.

Kepala Stasiun Klimatologi Sleman Reni Kraningtyas juga menyampaikan bahwa kegiatan SLI di wilayah DIY ini juga dilakukan di Kecamatan Rongkop dan Gedangsari. BMKG DIY akan mendampingi para petani di daerah tersebut dalam melakukan tanam di musim kemarau ini, agar dapat diperoleh hasil panen yang optimal dalam kondisi kurang hujan.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home