Loading...
HAM
Penulis: Bayu Probo 13:24 WIB | Senin, 12 Oktober 2015

Bom Bunuh Diri Jelang Pemilu Turki, Politik Jadi Tak Stabil

Poster bertuliskan "Negara Pembunuh" seakan mewakili kemarahan pengunjuk rasa di Istanbul, Turki, Sabtu (10/10) karena bom kembar yang menewaskan lebih dari 90 orang di Ankara, Turki. (Foto: AFP)

ISTANBUL, SATUHARAPAN.COM – Ribuan orang mengikuti unjuk rasa di Ankara dengan pengamanan yang sangat ketat sebagai aksi solidaritas atas tewasnya 95 orang dalam dua serangan bom bunuh diri di ibu kota Turki. Mereka bertekad menurunkan Presiden Recep Tayyip Erdogan pada pemilu 1 November.

Para demonstran memenuhi Sihhiye Square di Ankara tengah, yang berada di dekat lokasi ledakan di depan stasiun kereta api kota, dengan beberapa di antaranya meneriakkan slogan antipemerintah.

Unjuk rasa itu digelar serikat tenaga kerja, kelompok-kelompok sayap kiri, LSM, dan Peoples' Democratic Party (HDP) pro-Kurdi – kelompok-kelompok yang juga menyerukan aksi damai saat serangan terjadi pada Sabtu.

Beberapa demonstran menuding Presiden Recep Tayyip Erdogan atas pengeboman itu. Mereka meneriakkan “Erdogan pembunuh”, “pemerintah harus mundur!”, dan “negara harus bertanggung jawab”.

Pemimpin HDP Selahattin Demirtas, yang berbicara dalam unjuk rasa tersebut, menegaskan bahwa 128 orang tewas, jauh lebih tinggi dari angka yang diumumkan pemerintah sebanyak 95 orang tewas.

“Hati kami terbakar. Sejauh ini, kami telah kehilangan 128 kawan-kawan kami,” ujarnya, yang berbicara dari atas truk.

Demirtas mengatakan bahwa kekuasaan Erdogan harus berakhir, dimulai dengan pemilihan legislatif pada 1 November mendatang.

Dua Tentara Turki Tewas dalam Serangan Pemberontak Kurdi

Dua tentara Turki tewas di wilayah timur negara tersebut dalam serangan yang ditudingkan terhadap militan Partai Pekerja Kurdistan (Partiya Karkeren Kurdistane/PKK), sehari setelah kelompok pemberontak itu menyatakan akan menangguhkan semua operasi serangan, menurut laporan media.

Kedua tentara itu tewas saat terlibat bentrokan dengan militan PKK di Distrik Senkaya, Provinsi Erzurum, menurut kantor berita Dogan, mengutip pernyataan dari kantor gubernur setempat.

Saat itu, sebuah operasi besar tengah diluncurkan untuk menangkap para militan, ia menambahkan.

PKK mengumumkan bahwa pihaknya akan menangguhkan semua serangan – kecuali pertahanan diri, dalam sebuah langkah yang dianggap sebagai upaya untuk membantu Partai Demokrasi Rakyat (Halkların Demokratik Partisi/HDP) pro-Kurdi meningkatkan jumlah dukungan suara dalam pemilu 1 November mendatang.

Pengumuman itu disampaikan tidak lama setelah dua ledakan menghantam Ankara, ibu kota Turki pada Sabtu, yang menewaskan sedikitnya 95 orang saat aksi unjuk rasa damai digelar kelompok-kelompok oposisi sayap kiri dan pro-Kurdi.

Pemberontak pada akhir Juli melakukan serangan hampir setiap hari terhadap para anggota pasukan keamanan, setelah dua tahun gencatan senjata, menewaskan lebih dari 140 polisi dan tentara Turki.

Sementara itu, pemerintah mengklaim telah menewaskan 1.700 militan Kurdi dalam serangan pengeboman yang dilakukan tanpa henti terhadap kelompok tersebut.

Militer Turki juga pada Minggu mengatakan telah menewaskan sedikitnya 49 pemberontak Kurdi melalui beberapa serangan udara ke markas mereka di Irak utara serta Provinsi Diyarbakir.

Warga Pro-Kurdi Berdemo di Paris Pascabom Ankara

Ribuan demonstran yang didominasi warga pro-Kurdi berdemo di sepanjang Paris pada Minggu (11/10) untuk memprotes apa yang mereka sebut sebuah “politik perang” Pemerintah Turki, sehari setelah 95 orang tewas dalam dugaan pengeboman bunuh diri di Ankara.

Para pendemo membawa bendera besar Kurdi dan spanduk hitam bertuliskan “martir revolusi tidak pernah mati” dan “Erdogan pembunuh, Eropa terlibat,” merujuk pada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

“Kami datang untuk menunjukkan solidaritas terhadap orang-orang yang menderita di Turki dan Timur Tengah. Ini adalah serangan terhadap pasukan progresif, terhadap perdamaian, terhadap pihak yang ingin membuat Turki serta Timur Tengah menjadi kawasan stabil,” kata Yekbun Eksen, Dewan Demokratik Kurdi di Prancis.

Dia menambahkan: “Kami juga mengecam kebijakan Erdogan yang menggunakan kebencian dan teror sebagai dasar kekuasaannya.”

Pengeboman di Ankara – serangan paling mematikan dalam sejarah Republik Turki – menambah ketegangan menjelang pemilu pada 1 November. Serangan tersebut juga terjadi saat militer mengobarkan serangan terhadap ISIS dan militan Kurdi. (AFP)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home