Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 16:23 WIB | Senin, 16 Maret 2015

BPS: Di Jabar Rupiah Justru Menguat Terhadap Euro

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin (kiri) pada konferensi pers kepada para pewarta yang diselenggarakan di Gedung 3, Badan Pusat Statistik, Jl. Dr. Sutomo, Jakarta, Senin (16/3).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Nilai tukar rupiah terhadap beberapa mata uang negara asing mengalami pelemahan (depresiasi) di 34 provinsi yang dipantau oleh Badan Pusat Statistik pada bulan Februari. Rupiah terdepresiasi paling parah terutama terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Meskipun demikian, di Jawa Barat, rupiah justru menguat atau mengalami apresiasi terhadap euro.

“Sejauh ini, maksud saya sepanjang Januari dan Februari 2015, rupiah paling lemah (nilai tukarnya) terhadap dolar AS dibandingkan dengan mata uang asing lain. Rupiah terdepresiasi 2,95 persen terhadap dolar AS di Februari 2015,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin pada konferensi pers kepada para pewarta yang diselenggarakan di Gedung 3, Badan Pusat Statistik, Jl. Dr. Sutomo, Jakarta, Senin (16/3).  

Suryamin menjelaskan dolar AS berjaya karena industri di negara adidaya tersebut  mengalami kemajuan, dan adanya tingkat kepastian kerja di negara di bawah pimpinan Presiden Barrack Obama tersebut.

Suryamin menambahkan,Survei Monitoring Valuta Asing BPS diadakan di 34 provinsi di seluruh Indonesia dengan sampel sebanyak 137 perusahaan. Responden yang menjadi survei tersebut adalah para pedagang valuta asing yang berlokasi di ibukota provinsi atau kabupaten/kota yang melakukan transaksi mata uang asing.

“Kami juga melakukan pengukuran ini  termasuk di provinsi yang baru terbentuk Kalimantan Utara,” Suryamin menjelaskan.

“Sementara itu mata uang asing yang dimonitor BPS mencakup emat jenis yaitu dolar AS, dolar Australia, yen Jepang, dan Euro,” Suryamin menambahkan.

Pada Februari 2015, kata Suryamin merinci bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS secara rata-rata di 34 provinsi melemah 121,79 poin atau 0,98 persen.

“Nah, kalau kita bandingkan dengan dolar Australia rupiah terdepresiasi 1,13 persen pada Februari 2015,” Suryamin menjelaskan.

Suryamin membandingkan terhadap yen Jepang, rupiah terdepresiasi 2,25 persen terhadap yen Jepang denga rata-rata kurs tengah eceran. Sementara terhadap euro, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sebesar 2,57 persen di periode yang sama.

Sementara itu di Jawa Barat, rupiah berjaya terhadap mata uang euro. “Pelemahan euro terjadi di Provinsi Jawa Barat yang mencapai 14.770,94 rupiah per euro pada pekan keempat Februari 2015,” Suryamin merinci.

Januari lalu rupiah juga tercatat menguat terhadap euro. Penguatan itu bahkan bukan hanya di Jawa Barat. Menurut Suryamin, secara rata-rata rupiah menguat di level 253,64 poin pada pekan pertama Januari 2015 dan 1.129,73 poin pada pekan terakhir Januari terhadap euro. “Jika dengan mata uang euro kita menguat 253,64 poin atau 1,65% pada minggu pertama Januari dibandingkan Desember 2014,” ujarnya. Penguatan tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat mencapai 1.906 poin atau 11,84%.

Suryamin mengatakan bahwa BPS menganggap penting untuk mengambil data tersebut dengan lebih cepat karena untuk mengambil keputusan dan kebijakan penting di berbagai pegiat bisnis di seluruh Indonesia. 

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home