Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 16:00 WIB | Senin, 02 Oktober 2017

Brightsize Trio: Jangan Biarkan Apimu Padam

Catatan Perjalanan Tour Eropa Brightsize Trio
Brightsize Trio: Jangan Biarkan Apimu Padam
Sebuah poster penampilan Brightsize Trio terpampang di Cafe Carina, Viena-Austria. (Foto-foto: Brightsize Trio)
Brightsize Trio: Jangan Biarkan Apimu Padam
Penampilan Brightsize Trio di Cafe Carina, Viena-Austria, Rabu (13/9).
Brightsize Trio: Jangan Biarkan Apimu Padam
Gitaris BST Angga Yuda Waskita saat ngamen di sebuah spot di Kota Berlin-Jerman di sela-sela tur Eropa BST 2017.
Brightsize Trio: Jangan Biarkan Apimu Padam
Brightsize Trio dengan personil Catur Prasetyo Kurniawan (bass), Endy Barqah (drum), Angga Yuda Waskita (gitar) saat tampil pada hari kedua Pasar Hamburg 2017, Minggu (10/9). (Foto: Yonathan Pandelaki)

AMSTERDAM, SATUHARAPAN.COM - Setelah tampil pada Pasar Hamburg 2017 9-10 September beriringan dengan grup asal Bali yang telah mendunia: Superman is Dead. Grup musik beraliran blues asal Yogyakarta Brightsize Trio (BST) melanjutkan tur Eropa menyinggahi beberapa kota.

Persinggahan berikutnya sebelum tampil di Sala Galileo Galilei di Madrid, Spanyol, BST tampil di Viena, Austria dan Berlin, Jerman. Di Berlin BST tampil di 800ABerlin pada (10/9) dan Nachtigall-Berlin (16/9), sementara di Viena, Austria BST tampil di Cafe Carina sebuah cafe yang berseberangan dengan halte tram, di bawah jembatan kereta api. Penampilan BST di Cafe Carina dihadiri oleh Kedubes RI untuk Austria. Audiensnya pun rata-rata adalah penduduk setempat yang melihat iklan BST di koran-koran lokal.

Sabtu (16/9) BST tampil Nachtigall-Berlin dengan venue berada di tengah kampung. Dalam format panggung demikian, pementasan BST dilakukan secara akustik dengan pembatasan waktu sampai pukul 23.00 waktu setempat.

Baik di Viena maupun Berlin, antusias pengunjung cukup bagus meskipun BST membawakan lagu-lagu dari album mereka yang sebagian besar berbahasa Indonesia. Bahasa musik menjadi lebih universal dan bisa diterima dimana pun tak terikat pada teks sebuah bahasa.

"Melihat antusias pengunjung, di Nachtigall-Berlin kita bermain hingga 2 jam lebih. Tanpa drum set, saya terpaksa memainkan cajon. Jari-jari sempat bengkak." kata drummer BST Endy Barqah sambil tertawa melalui sambungan telpon kepada satuharapan.com Minggu (17/9).

Selama setengah hari di Berlin BST untuk mencoba mengamen di flea market, namun ternyata spot-spot yang bagus untuk mengamen sudah ditempati oleh musisi-musisi setempat. Setelah mencari beberapa saat akhirnya kami menemukan tempat yang dapat digunakan untuk mengamen. Kemudian Angga (gitaris dan vokalis BST) memberanikan diri untuk mengamen sendirian di tempat tersebut.

"Selama mengamen kurang lebih 40 menit, Angga mendapatkan sebesar 38 euro. Lumayan. Saya tidak bisa ikut ngamen, jari-jari masih bengkak." kata Endy.

Selepas mengamen sebentar, BST melanjutkan perjalanannya ke Madrid. Senin (18/9) malam mereka tampil di Sala Galilelo Galilei, Madrid. Penampilan BST cukup menarik mengingat di Sala Galilelo Galilei masyarakat lebih banyak mendengarkan musik flamenco.

Persinggahan berikutnya adalah Groningen dan Amsterdam, Belanda. Di Amsterdam, BST tampil di Melkweg bersama musisi blues asal Indonesia yang banyak berkiprah di Eropa, Asep Stone. Melkweg adalah sebuah panggung festival yang ada di Amsterdam. Setiap tahun, ratusan konser, film dan film musik, pertunjukan teater, dan acara multidisiplin bersama-sama menarik minat lebih dari 400.000 pengunjung. Di Melkweg, seniman mapan dapat sering tampil bersamaan dengan talent baru kesempatan untuk menjangkau khalayak yang lebih luas.

Melalui keterangan tertulisnya, manajer BST Intansari menjelaskan bahwa mereka tampil di Melkweg satu panggung dengan Asep Stone and the Experience. Asep Stone adalah gitaris beraliran blues asal Bandung-Indonesia. Pada usia 14 tahun, Asep tampil Festival Gladiator Rock Bandung dengan penonton hampir 20.000 orang. Pada tahun 1999 Asep membentuk "Asep Purple Haze", yang muncul pada Sessions BBC dan bermain dengan mantan pemain bass Jimi Hendrix, Noel Redding pada lelang gitar Jimi Hendrix.

"Penampilan BST mendapat respon-apresiasi yang bagus dari pihak Melkweg. Dengan penampilan di Melkweg, Brightsize Trio juga mendapat compliment dari Asep Stone and the Experience dan Array Daulay, karena diluar ekspektasi mengingat usia BST yang belum genap 2 tahun." kata Endy. Selama tampil di Melkweg, BST membawakan beberapa lagu dari albumnya serta dua lagu cover karya Jimi Hendrix.

Hal yang menarik selama tur Eropanya adalah saat bertemu dengan mantan pelaut dari Indonesia yang kebetulan berada di Hamburg. Para pelaut memberikan souvenir berupa korek api dengan sebuah pesan “Jangan biarkan apimu padam”.

Dengan berbagai langkah yang telah diambil BST untuk membiayai tur Eropa-nya mulai dari menjual merchandise BST, donasi, konser amal, hingga ngamen di kota-kota yang dilalui selama tour Eropa,  BST seolah sedang menyampaikan sebuah pesan semangat “dimana ada kemauan, disitu ada jalan “.

Ya.... jaga terus nyala api semangatmu jangan sampai padam: Keep The Fire On!!!.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home