Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 18:44 WIB | Kamis, 17 September 2015

Bulog Cari Negara Alternatif Impor Sapi Selain Australia

Direktur Utama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog), Djarot Kusumayakti. (Foto: Melki Pangaribuan)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Direktur Utama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog), Djarot Kusumayakti, mengatakan Bulog membuka alternatif negara-negara sumber impor daging sapi selain Australia seperti selama ini.

“Kami kemarin bicara, kita coba cari alternatif-alternatif lain, seperti mungkin Meksiko atau pokoknya di daerah yang bebas dari penyakit kuku dan mulut ya. Karena kan itu masih larangan dan itu saya kira kebijakan ya,” kata Djarot Kusumayakti kepada satuharapan.com usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IV DPR RI dengan Direktur Utama Perum Bulog, di Kompleks Parlemen, Jakarta, hari Kamis (17/9).

Djarot mengatakan, pihaknya mencari negaralain dengan maksud supaya Indonesia tidak mencari satu pasar saja. Kalau satu pasar saja, kata Djarot, akan menjadikan posisi Indonesia lemah.

“Nah, kami mencari daerah-daerah lain maksudnya sebetulnya hanya sekedar agar jangan kita satu pasar saja. Kalau satu pasar saja kan biasanya menjadikan posisi kita lemah. Karena kalau dia tidak mengambil dari saya kan maka dia tidak punya barang kan,” kata dia.

“Saya ingin ada beberapa sumber pasokan supaya ada kompetisi antarnegara itu. Kalau tidak nanti kita didikte,” kata Dirut Bulog itu menambahkan.

Kolombia

Sebelumnya di waktu terpisah, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebut sejumlah negara tengah melirik Indonesia sebagai pasar komoditas daging sapi mereka. Salah satunya adalah Kolombia yang meminta agar dapat mengekspor daging sapi ke Indonesia. Saat ini, daging sapi merupakan andalan ekspor negara tersebut.

"Mereka (Kolombia) minta untuk bisa masuk daging karena andalan ekspor mereka itu daging sapi," kata Ketua Kadin Indonesia untuk Amerika Selatan, Jacobus Dwihartanto di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Investasi Colombia-Indonesia di Jakarta, hari Senin (14/9).

Namun, Jacobus mengatakan, saat ini pemerintah belum dapat memberikan kepastian terkait impor sapi itu karena adanya regulasi yang membatasi masalah zonasi yang berkaitan dengan negara pengimpor sapi harus bebas penyakit mulut dan kuku. "Dalam hal ini kami belum bisa menjawab apa-apa masih menunggu deregulasi," katanya.

Menurut dia, keinginan Kolombia untuk mengekspor sapi ke Indonesia dapat dipertimbangkan mengingat ketergantungan pemenuhan kebutuhan sapi terhadap Australia. "Supaya Indonesia tidak bergantung dari Australia saja, meski belum tahu berapa harga sapi di Kolombia itu,” kata dia.

Ia mengatakan paling tidak ada alternatif lainnya bagi Indonesia untuk mengimpor sapi. "Paling tidak itu dalam dunia perdagangan, itu kan kalau bisa tercipta competitiveness maka harus dibuka sama semuanya," katanya.

Sementara itu, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (PKH Kementan) Muladno mengatakan, pemerintah saat ini mengambil kebijakan untuk mulai mengurangi ketergantungan pasokan sapi dalam negeri dari satu negara saja, yakni Australia, yang selama ini menjadi pemasok utama ternak ke Indonesia.

Upaya tersebut dilakukan dengan mulai mengurangi alokasi impor sapi bakalan dari negara benua tersebut. "Selain untuk mendorong swasembada daging sapi, juga untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap Australia yang selama ini pemasok tunggal sapi ke Indonesia," katanya.

Muladno menyatakan, selama ini tingkat ketergantungan Indonesia terhadap impor sapi bakalan maupun daging dari Australia sangat tinggi sehingga mereka menjadi negara tunggal pemasok daging maupun sapi ke Indonesia. 

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home