Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 11:21 WIB | Rabu, 25 November 2015

Bus Mengangkut Pengawal Presiden Tunisia Meledak, 12 Tewas

Polisi Tunisia sedang menenangkan anggota keluarga salah seorang korban ledakan bom di sebuah bus yang membawa pasukan pengawal presiden 24 November 2016 (Fethi Belaid/AFP/Getty Images)

TUNIS, SATUHARAPAN.COM - Presiden Tunisia, Beji Caid Essebsi, mengumumkan keadaan darurat selama satu bulan dan memberlakukan jam malam di ibu kota negara, Tunis, setelah sebuah ledakan pada hari Selasa (24/11) menghantam sebuah bus yang membawa para pengawal presiden yang ditugaskan mengawal pemimpin Afrika Utara.

Belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas ledakan, yang terjadi ketika bus berjalan di sebuah jalan utama yang sibuk pada jam kerja. The Washington Post melaporkan, sebanyak 12 orang tewas dalam ledakan. Belasan lainnya terluka.

Ledakan terjadi di sebuah halte bus tempat pasukan pengawal presiden mengantar dan menjemput sejumlah stafnya, di dekat bekas markas partai pimpinan presiden terguling, Zine El Abidine Ben Ali.

Menteri Dalam Negeri mangatakan ledakan tersebut adalah sebuah aksi terorisme. Tetapi pemerintah tidak dapat memastikan apakah ledakan itu terjadi di dalam mobol atau karena ditembakkan ke arah bus/ Seorang sumber dari kepresidenan, kepada Reuters mengatakan serangan itu tampaknya adalah pekerjaan seorang pembom bunuh diri.

Tunisia adalah negara berpenduduk 11 juta, telah lama berjuang untuk menumpas militan Islamis dalam upaya membangun demokrasi yang masih rentan setelah revolusi pada tahun 2011, yang akrab disebut Arab Spring.

BBC melaporkan, sejumlah ruas jalan di kota itu terhalang karena hujan lebat dan banjir ketika ledakan menghantam.

Penyebab pasti ledakan itu masih belum jelas tetapi salah satu sumber mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa seorang pengebom mungkin telah meledakkan bom di dalam kendaraan.

Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab di balik serangan itu.

Tunisia belakangan ini menjadi sasaran serangan kelompok milisi ISIS, termasuk serangan oleh seorang pria bersenjata di resor pantai Sousse pada bulan Juni, yang menewaskan 38 orang.

Negara di Afrika Utara ini diperkirakan merupakan 'pengekspor' terbesar jihadis dengan perkiraan pihak berwenang sekitar 3.000 warganya bergabung dengan kelompok militan Islam di Irak dan Suriah.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home