Loading...
DUNIA
Penulis: Eben Ezer Siadari 20:41 WIB | Jumat, 20 Februari 2015

Christianne Boudreau: Anak Saya Masuk Islam Lalu Ikut ISIS

Christianne Boudreau

OTTAWA, SATUHARAPAN.COM – Bagaimana anak-anak muda mula-mula terpikat dan kemudian mengalami radikalisasi menjadi anggota ISIS, tampaknya akan menjadi informasi yang berharga, di tengah semakin luasnya pengaruh kelompok ekstremis itu di seluruh dunia.

Kisah Christianne Boudreau, perempuan Kanada yang kehilangan putra yang dikasihinya karena pergi bergabung dengan ISIS di Suriah lantas terbunuh dalam pertempuran di sana, menjadi pelajaran penting.

Dan putra Boudreau diperkirakan hanya satu dari  20,000 orang dari 100 negara di dunia yang nekad pergi berperang bersama ISIS.

Boudreau berkisah, seperti dilaporkan oleh Paul Newton untuk CNN, proses radikalisasi putranya, berlangsung perlahan dan persuasif. Namun sangat pasti dan mematikan. Putranya yang bergabung dengan ISIS di Suriah, meninggal di sana ketika ikut berperang lebih dari setahun yang lalu.

"Sangat mudah bagi mereka (ISIS) untuk menarik anak kita, mengakses anak-anak kita," kata dia.

Damian Clairmont, demikian lah nama putra dari Boudreau. Damian masuk Islam setelah selama beberapa waktu mengalami masalah di sekolahnya di Calgary, Kanada.

Sang ibu masih dapat mengenang, bagaimana ia sempat gembira bahwa perpindahan agama yang dijalani anaknya terlihat membawa ketenangan baginya.  Itu sebabnya, Boudreau tidak curiga ketika putranya itu berpamitan akan pergi ke Mesir untuk belajar Bahasa Arab.

Pada kenyataannya, putranya yang kala itu berusia 22 tahun, pergi ke Suriah dan bergabung dengan ISIS. Ia terbunuh ketika berperang di daerah dekat Aleppo pada  Januari 2014. Aleppo adalah sebuah kawasan paling berbahaya di Suriah ketika itu. Pertempuran berlangsung intens antara pasukan pemerintah, pemberontak dan militan ISIS.

Bagaimana mungkin putranya yang di masa kecil berfoto sambil berlutut di dekat pohon Natal,  mengakhiri hidupnya demi memperjuangkan kekalifahan di Timur Tengah?

Boudreau saat ini  mengisi hidupnya dengan memberikan dukungan kepada dua organisasi yang mencoba untuk memerangi radikalisasi. Hayat Kanada dan ExtremeDialogue.org, dua portal online  untuk para orang tua, guru dan masyarakat, dimaksudkan untuk membantu melawan pesan-pesan dan perekrutan dari kelompok ekstremis.

“Kebanyakan yang terjadi adalah satu orang perekrut menanamkan ideologi di benak mereka dan internet akan menyediakan informasi yang mereka butuhkan serta orang-orang yang bisa mereka kontak,” kata Boudreau.

Bodreau mengatakan bahwa orang tua harus banyak berbicara kepada anak-anak mereka sebelum ISIS melakukannya, sama seperti bagaimana orang tua mengantisipasi soal bahaya obat terlarang pada anak-anak.

“Kita harus mulai mempersenjatai diri sendiri dengan pengetahuan, kepekaan, edukasi, dan menghadapi isu ini dan bisa berbicara dengan anak-anak kita sejak usia dini. Kita melakukan hal yang sama dengan pendidikan soal seks, narkoba, dan ini adalah satu lagi hal yang harus dihadapi oleh anak-anak kita,” ujar Boudreau.

Boudreau mengatakan kurangnya pemahaman dan sumber yang tersedia bagi keluarga seperti dirinya dulu sangat merugikan.

Clairmont, putranya itu, sebagai anak kecil pada awalnya tidak berbeda dengan anak kecil lainnya. Ia hangat, ceria dan suka memeluk. Namun, berubah tatkala ia bermasalah dengan teman-temannya ketika SMA.

Ia jadi penyendiri.

Di usia 17 tahun, tepat pada hari ulang tahunnya, Clairmont pernah berupaya bunuh diri. Setelah pulih, ia kemudian masuk Islam.

“Saya melihat hal-hal positif mulai terjadi. Ia mulai kembali bersosialisasi. Damian yang dulu saya kenal saat ia muda, mulai muncul kembali. Ia bersosialisasi, tenang, ia tidak minum, tidak menggunakan narkoba, banyak sekali perubahan positif,” kenang Boudreau.

Clairmont kemudian memilih tinggal sendiri. Ia sering pergi dari satu masjid ke masjid lainnya. Dan makin sering mencari konten-konten online ekstrem.

Dan dari peristiwa itu Boudreau belajar bahwa saat anak-anak muda itu teradikalisasi secara online, tak ada yang bisa mencegah apa yang terjadi kemudian.

“Pada kenyataannya, yang tersedia di luar sana justru adalah hal-hal yang bisa menguatkan ideologi mereka, jadi kita membutuhkan sesuatu yang bisa melawan ideologi yang sudah tertanam di kepala mereka,” ujarnya.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home