Loading...
INSPIRASI
Penulis: Katherina Tedja 01:00 WIB | Jumat, 27 Februari 2015

Coin for Australia

Saya perlu bersyukur jika tangan saya menjadi perpanjangan tangan-Nya… karena Dia dapat meminjam tangan siapa pun ketimbang tangan saya.
Penggalangan dana oleh mahasiswa di Malang (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Sungguh menarik mengamati aksi Coin for Australia. Aksi ini digelar untuk mengungkapkan protes kepada perdana menteri Australia yang mengungkit bantuan amal Tsunami 2004 silam dalam upayanya untuk meluputkan dua warga negaranya dari eksekusi mati.

Peristiwa ini mengingatkan saya bahwa meski saya ingin selalu bertindak bijak dan adil, namun sifat manusiawi saya cenderung lebih permisif kepada kesalahan yang diperbuat diri sendiri maupun orang-orang yang dekat dengan saya. Tentu saja sikap seperti ini tidak adil dan dapat merugikan orang lain…. Dalam keadaan seperti ini ada baiknya saya mendudukkan diri saya di dalam posisi orang lain.

Kemudian, kejadian ini adalah momentum yang baik untuk saya bermawas diri memeriksa motivasi saya dalam berbuat kebajikan. Jangan sampai  tangan kanan memberi… namun tangan kiri saya  sibuk mencatatnya. Jangan sampai saya menolong dengan menyimpan pamrih….

Ketika sebuah umat mendapatkan pertolongan… saya amat yakin Sang Khalik berada di belakang semua itu.… Saya perlu bersyukur jika tangan saya menjadi perpanjangan tangan-Nya… karena Dia dapat meminjam tangan siapa pun ketimbang tangan saya.

Akhirnya, saya harus mengakui… selalu ada hukuman setimpal untuk setiap perbuatan salah. Dan pemerintah ditetapkan Sang Khalik untuk menerapkan hukum itu dengan bijak dan bertanggung jawab…. Saat ini giliran pemerintah Indonesia yang harus memikul tugas ini…  akan tetapi hal ini bukan sesuatu yang baru. Dahulu… sekarang… dan nanti… selalu ada pemerintahan yang mendapatkan kewenangan sekaligus kewajiban untuk memberlakukan hukum sesuai undang-undang yang berlaku di negaranya masing-masing.

”Ini kehormatan negara, ini kehormatan bangsa,” demikian Bapak Presiden… yang kemudian disambung Ibu Menlu, ”Ini kedaulatan bangsa, martabat sebuah negara.”

Ya… kita Indonesia… bangsa yang bermartabat!

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home