Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben E. Siadari 18:16 WIB | Jumat, 18 September 2015

Darmin Nasution Tanggapi Kritik Faisal Basri

Menko Perekonomian, Darmin Nasution (kedua dari kanan), didampingi Sekretaris Menko dan sejumlah deputi menko, memberikan keterangan pers di kantor Kementerian Perekonomian, Jakarta, hari ini, 18 September 2015. (Foto: Eben E. Siadari)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menko Perekonomian, Darmin Nasution, menjelaskan bahwa Paket Deregulasi September I yang diluncurkan oleh pemerintah belum lama ini memang tidak secara langsung ditujukan untuk memperkuat nilai tukar rupiah. Yang menjadi sasaran utama pemerintah dengan Deregulasi itu adalah meningkatkan ekspor dan investasi dengan harapan memperbesar perolehan devisa yang pada gilirannya memperkuat nilai tukar rupiah.

"Deregulasi itu sebenarnya untuk memberikan kemudahan membuka ruang agar tingkat investasi dan perdagangan terjadi. Apa tidak ada hubungannya dengan kurs? Ada saja, tetapi tidak langsung. Kalau mau bicara kurs, yang langsung hubungannya dengan kurs adalah intervensi BI. Pemerintah juga ada tetapi tidak selangsung itu. Misalnya, pemerintah menjual  bonds (obligasi, red), boleh saja bondsnya rupiah, apalagi kalaiu global bonds, lebih langsung dia menjadi devisa yang masuk," kata Darmin Nasution dalam jumpa pers di Kantor Kementerian Perekonomian, Jakarta, hari ini (18/9).

Walau tidak menyebut nama Faisal Basri, Darmin Nasution dalam penjelasan menekankan bahwa ia ingin meluruskan pendapat  yang melontarkan kritik bahwa paket Deregulasi September 1 tidak efektif mendongkrak nilai tukar rupiah. Dalam catatan media, kritik semacam ini antara lain datang dari ekonom Universitas Indonesia, Faisal Basri.

Faisal Basri mengatakan paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah masih abstrak, karena bertumpu pada pelonggaran aturan atau deregulasi yang tak bisa segera menstabilkan perekonomian Indonesia.

"Jadi baru akan akhir bulan ini atau akhir bulan depan dikeluarkan secara bertahap karena ada ratusan. Harus sabar. Tapi rupiah gak pernah bisa sabar. itu yang jadi pertanyaan. jadi tidak ada quick-win, perlu ada quick win," ujarnya, di Jakarta, Rabu (16/9), seperti dikutip oleh merdeka.com.

Menurutnya, investasi menjadi kunci memercepat kebangkitan ekonomi. Untuk itu, pemerintah harus memberikan kemudahan berusaha bagi investor.

"Nah, harapan saya ada kebijakan merayu mereka, setidaknya ada separuhnya mereka investasikan mereka di sini dengan memberikan gula-gula," kata Faisal Basri.

Berbicara dengan didampingi oleh Sekretaris Menko Perekonomian dan sejumlah Deputi Menko Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, Paket Deregulasi September I meliputi 31 kebijakan tidak secara langsung ditujukan untuk memperkuat rupiah melainkan dengan mendorong ekspor melalui kegiatan industri dan investasi.

Darmin menjelaskan, dengan Paket Deregulasi itu, tujuan pertama pemerintah adalah meningkatkan ekspor. "Kenapa? Karena itu langsung memunculkan devisa, kalau devisanya tidak nangkring di luar negeri," kata dia.

Prioritas kedua, menurut Darmin, adalah meningkatkan investasi, baik investasi Penanaman Modal Asing (PMA) maupun investasi dalam negeri atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

"Orang berinvestasi tentu pasti ada duit masuk. Untuk beli tanah, beli mesin, beli macam-macam. Itu akan menggerakkan kegiatan ekonomi."

Tujuan ketiga dengan Paket Deregulasi ini, kata Darmin, adalah untuk menggiatkan pengeluaran pemerintah, terutama belanja modal.

Di samping itu, ia mengatakan Paket Deregulasi juga diharapkan menciptakan stabilitas ekonomi, terutama harga pangan.

"Di Indonesia inflasi itu sebagian besar disebabkan oleh harga pangan. Saya bekas gubernur BI, percayalah kepada saya. Kalau hujan terlalu banyak akan menyebabkan inflasi karena bunga cabai akan rontok. Harga cabainya jadi naik....Jadi harga-harga jangan sampai meningkat, karena dia akan berakumumasi menjadi persoalan kurs. Ujung-ujungnya inflasi," tutur dia.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home