Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 09:44 WIB | Rabu, 30 Januari 2019

DBD Mewabah: Pencegahan dengan Jaga Kebersihan dan Tanam Serai

Demam berdarah mewabah. Kementerian Kesehatan menerima laporan sebanyak 12.240 orang terjangkit DBD di sejumlah daerah, 115 orang di antaranya dilaporkan meninggal dunia. (Foto: bbc.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sejumlah daerah ditetapkan sebagai wilayah kejadian luar biasa dengue fever atau demam berdarah dengue setelah 115 orang meninggal dunia.

Sejak awal Januari 2019, Kementerian Kesehatan menerima laporan sebanyak 12.240 orang terjangkit DBD di sejumlah daerah, meningkat bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, menurut Kepala Biro Humas Kementerian Kesehatan, Widyawati Rokom.

"Ada kenaikan, tapi kita berharap kenaikan itu tidak sampai melonjak sekali," kata Widyawati kepada BBC News Indonesia, Selasa (29/1).

Ahli kesehatan masyarakat dari Universitas Padjajaran Bandung, Ridad Agoes, memandang kasus demam berdarah ini belum akan mereda.

"Karena memang di seluruh Asia Tenggara ini Indonesia masih merupakan daerah yang hyper endemic," kata Ridad.

"Selama ini pemerintah selalu berupaya agar kasus mereda tapi tampaknya belum ada solusi yang baik untuk mengatasi permasalahan,“ katanya.

Di Ibukota Jakarta yang merupakan daerah endemis DBD, angka kasus terus melonjak dalam beberapa pekan terakhir.

Kementerian Kesehatan menerima laporan sebanyak 12.240 orang terjangkit DBD di sejumlah daerah, 115 orang di antaranya dilaporkan meninggal dunia.

"Mulai bergerak naik akhir Desember. Beberapa rumah sakit mulai melaporkan dan Januari trennya semakin meningkat," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti.

Dari 613 kasus di Ibukota, paling banyak terjadi di Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur.

Dengan kondisi sekarang, Widyastuti memprediksi pada Februari dan Maret 2019, seluruh wilayah DKI Jakarta berpotensi masuk dalam kategori waspada Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD).

Kejadian Luar Biasa

Kepala Biro Humas Kementerian Kesehatan, Widyawati Rokom menjelaskan, kasus DBD tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.

Ratusan kabupaten dan kota di 34 provinsi melapor mendeteksi kasus DBD.

Beberapa wilayah sudah ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) DBD termasuk Sulawesi Utara, juga Kabupaten Manggarai Barat dan Kota Kupang di Nusa Tenggara Timur.

"Sebelumnya, Kabupaten Kapuas di Kalimantan Tengah juga ditetapkan sebagai KLB DBD, namun karena sudah bisa diatasi tanggal 2 Januari lalu pemerintah daerah mencabut KLB itu," kata Widyawati.

Ponorogo menjadi daerah terbaru yang ditetapkan menjadi KLB DBD dan disampaikan langsung oleh Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni, Senin (28/1), setelah tiga  warganya meninggal karena penyakit ini.

"Penyebaran DBD dalam taraf mengkhawatirkan karena jumlahnya terus naik, maka rapat memutuskan agar ditetapkan kejadian luar biasa biar bisa melakukan tindakan," kata Ipong seperti dikutip dari detik.com.

Tindakan yang ditempuh, lanjut Ipong, adalah dengan menambah alat fogging yang dimiliki pemerintah daerah, dari yang sebelumnya hanya lima menjadi 12 alat fogging.

Selain itu, pemerintah juga mengimbau puskesmas dan RSUD Ponorogo untuk menerima pasien DBD tanpa menarik biaya apapun alias gratis.

Apa Penyebabnya?

Keberadaan kasus DBD identik dengan musim hujan karena pada saat musim tersebut menimbulkan banyak genangan air. Namun demikian, masyarakat diimbau untuk mewaspadai DBD tidak hanya di musim hujan, tapi juga musim kemarau terutama di tempat-tempat genangan air atau barang bekas.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti menyebut udara lembab akibat musim hujan panjang membuat nyamuk Aedes aegypti pembawa virus dengue penyebab penyakit DBD mudah berkembang biak, sementara genangan air dapat menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti.

Virus kemudian menyebar melalui gigitan nyamuk di tubuh manusia.

Widyastuti menjelaskan gejala yang dialami pasien DBD antara lain suhu tubuh yang tinggi secara mendadak selama tujuh hari.

Theo Brahmana, warga Jakarta Selatan yang baru saja dirawat di rumah sakit selama enam hari mengatakan, dia telah tiga kali terkena demam berdarah.

"Badan lemas banget, tulang semua linu, lalu kepala pusing, badan meriang dan kalau makan selalu muntah," kata Theo.

Hasil tes darahnya menunjukkan trombosit atau keping sel darah -salah satu komponen darah yang mempunyai fungsi utama dalam pembekuan darah- mengalami penurunan, dari level normal 150.000, menjadi 136.000.

Hal yang sama terulang ketika dia cek darah untuk kedua kalinya, trombositnya turun menjadi 126.000.

"Setelah cek darah kedua kalinya trombosit benar turun, ternyata sudah positif DBD," kata dia.

Jaga Kebersihan, Tanam Serai

Ridad Agoes, yang juga Guru Besar Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, memandang solusi paling efektif untuk mengatasi wabah DBD adalah dengan vaksin.

Namun sayangnya, hasil uji coba vaksin ini belum 100 persen memuaskan, karena ketika dilakukan percobaan di beberapa kota di seluruh Indonesia, coveragenya di bawah 60 persen.

"Sedangkan untuk melindungi masyarakat dengan imunisasi ini, harus di angka 80 persen – 90 persen,” kata dia.

Tahun lalu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menginstruksikan para dokter anak dan masyarakat, untuk tidak melakukan pemberian vaksin dengvaxia kepada anak-anak.

Hal ini menyusul hasil penelitian terbaru dari Sanofi Pasteur, perusahaan asal Prancis yang memproduksi vaksin tersebut, yang menyebut vaksin itu justru berbahaya bagi mereka yang belum pernah terjangkit virus dengue.

Dengan belum efektifnya vaksin, upaya pencegahan diimbau dengan partisipasi masyarakat dengan menjaga kebersihan tempat tinggalnya.

Widyawati dari Dinas Kesehatan DKI menjelaskan, hal ini perlu dilakukan untuk mengendalikan vektor penyebar virus dengue. Upaya yang dilakukan adalah dengan program pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M.

"Menutup tempat penampungan air, menguras tempat penampungan air minimal seminggu sekali, dan mendaur ulang atau memusnahkan barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat penampungan air," kata Widi.

Bila fogging atau pengasapan dilakukan untuk memberantas nyamuk dewasa, untuk memberantas jentik-jentik nyamuk warga dianjurkan untuk melakukan larvasidasi, atau pemberantasan jentik dengan menaburkan bubuk larvasida di tempat penampungan air.

"Sehingga telur yang sempat menetas di situ tidak berkembang menjadi nyamuk dewasa," kata Widi.

Warga juga diimbau melakukan penanaman tanaman yang tidak disukai nyamuk, seperti zodia dan serai.

"Tanaman itu mengeluarkan aroma yang tidak disukai nyamuk," kata Widi.

Selain kedua tanaman di atas, lavender, bawang putih, dan geranium juga merupakan tanaman pengusir nyamuk yang bisa ditanam di rumah.

Untuk warga yang memiliki kolam, Widi mengimbau agar kolam itu diisi dengan ikan yang akan memakan jentik-jentik nyamuk.

"Nggak perlu ikan yang mahal, seperti ikan cupang," kata dia.

Widyawati Rokom menambahkan, masing-masing wilayah juga memiliki kader juru pemantau jentik (jumantik) yang tersebar di tiap rukun warga.

Tugasnya adalah mengedukasi, memotivasi, mengajarkan dan memantau gerakan pemberantasan sarang nyamuk ini, tambahnya. (bbc.com)

 

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home