Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 21:19 WIB | Minggu, 17 April 2016

Deklarasi Saksi Nada, Beraksi dan Bersaksi

Deklarasi Saksi Nada, Beraksi dan Bersaksi
Tujuh musisi/kelompok musik mendeklarasikan Saksi Nada di sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Minggu (17/4). (Foto-foto- Moh. Jauhar al-Hakimi)
Deklarasi Saksi Nada, Beraksi dan Bersaksi
Perform Iksan Skuter di sela-sela acara deklarasi Saksi Nada.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Bertempat di sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Minggu (17/4)  tujuh musisi dari berbagai kota mendeklarasikan Saksi Nada. Ketujuh musisi tersebut adalah Sisir Tanah, Dendang Kampungan, dan Agoni asal Yogyakarta; Deugalih (Bandung), Fajar Merah dan Fitri Nganthi Wani (Solo), serta Iksan Skuter (Malang).

Bagus Dwi Danto (Sisir Tanah) salah satu penggagas Saksi Nada mengatakan bahwa Indonesia memiliki persoalan sosial yang serius. Dari ketimpangan ekonomi, pelanggaran hak asasi manusia, karut-marut politik, hingga kebudayaan nasional yang terus tergerus. Di Yogyakarta misalnya kini muncul persoalan serius tentang pertanahan, intoleransi, dan marak pembangunan hotel maupun menjamurnya pusat perbelanjaan modern.

"Lirik lagu sejatinya adalah gambaran dari realitas masyarakat," kata Bagus Dwi Danto, personil Sisir Tanah. Kesenian (termasuk didalamnya musik) adalah bahasa yang universal, sekaligus bisa menjadi manifestasi peradaban suatu masyarakat.

Bertolak dari kondisi yang ada, Saksi Nada mencoba untuk menjadikan seni sebagai media penyadaran dan mendorong terjadinya perubahan sosial. Lewat lirik lagu, para musisi Saksi Nada berupaya mengeksplorasi realitas di masyarakat.

"Lagu (dan seni musik) tidak semata-mata menjadi tontonan namun sekaligus tuntunan. Selain itu harus mampu mengedukasi masyarakat," kata Iksan Skuter di sela-sela perform lagu yang terinspirasi atas tragedi yang menimpa Salim Kancil, petani penolak penambangan pasir di Selok Awar-awar-Lumajang yang menjadi korban konflik akibat sikap yang diambilnya.

Dengan merespon isu melalui musik dan melibatkan kolaborasi bersama masyarakat, harapannya Saksi Nada selain sebagai laboratorium musik, sekaligus menyampaikannya kepada masyarakat sebagai sebentuk edukasi dua arah.

Selain ketujuh seniman itu, komunitas musik ini juga diperkuat dengan seniman mural Antitank (Yogyakarta) yang banyak melukis mural dengan kritik-kritik sosial yang membangun di Yogyakarta.

Deklarasi Saksi Nada dihadiri banyak seniman serta pegiat masalah sosial diantaranya Masyarakat Berdaya (Yogyakarta), SURVIVE!garage, Lilik Shaggydog, Taring Padi, serta jurnalis maupun media di Yogyakarta.

"...dengan lagu kami beraksi, dengan lagu kami bersaksi..."

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home